KOMPAS.com – Di tengah upaya memperkuat fondasi ekonomi daerah, keberadaan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi kunci pertumbuhan yang inklusif. Agar dapat naik kelas, mereka membutuhkan dukungan yang terarah dan berkelanjutan dari berbagai pihak.
Menjawab tantangan itu, program Mastercard Strive dari Mastercard Center for Inclusive Growth hadir kolaborasi dengan sejumlah mitra lokal, seperti pemerintah daerah dan lembaga masyarakat.
Hasil survei bertajuk “Mastercard Strive: Small Business Barometer Report 2024/2025” juga menegaskan hal tersebut.
Hasil survei itu menunjukkan, sebanyak 68 persen pelaku usaha kecil di Indonesia mencari bantuan pertama kali ke lembaga pemerintah ketika menghadapi tantangan bisnis. Sementara itu, 45 persen lainnya mengandalkan dukungan keluarga dan masyarakat sekitar.
Baca juga: Mastercard Donasikan Lebih Dari Rp1,5 Miliar untuk Berdayakan UMKM
Sebagai informasi, program Mastercard Strive yang dijalankan bersama Mercy Corps Indonesia berfokus pada pemberdayaan komunitas lokal agar mampu menjadi motor penggerak ekonomi daerah. Pendekatan ini dinilai lebih efektif karena melibatkan para pelaku yang sudah dikenal dan dipercaya oleh masyarakat setempat.
Program pembangunan memiliki batas waktu, tetapi para pemimpin lokal dinilai akan selalu hadir di tengah masyarakat. Mereka memahami konteks budaya dan memiliki pengaruh besar untuk membawa perubahan jangka panjang.
Salah satu wilayah yang menjadi contoh penerapan kolaborasi itu adalah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Wilayah ini memiliki lebih dari 100.000 UMKM. Namun, sebagian besar di antaranya belum terdaftar secara resmi dan belum mendapat pendampingan rutin dari pemerintah.
Bersama Pemerintah Kabupaten Garut, Mercy Corps Indonesia melakukan pemetaan kebutuhan UMKM. Hasilnya, sebagian besar pelaku usaha memiliki keinginan kuat untuk bertransformasi ke arah digital, tetapi mereka merasa masih kekurangan pendampingan dan pengetahuan praktis.
Baca juga: Mastercard Gelar Forum Strive Learning Network untuk Dukung Perkembangan UMKM
Mastercard Strive kemudian memperkenalkan program pelatihan dan pendampingan hybrid yang menggabungkan metode tatap muka dan digital. Pendekatan ini melengkapi program pemerintah yang sudah ada, sekaligus memperkuat kapasitas pelaku usaha di tingkat akar rumput.
“Laporan yang kami terima dari Mastercard Strive sangat berharga,” ujar mantan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Pendapatan Daerah, Ridzky Ridznurdhin dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (23/10/2025).
Mantan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Garut yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Pendapatan Daerah, Ridzky RidznurdhinMenurutnya, laporan tersebut memberi gambaran jelas tentang tantangan, peluang, dan strategi untuk rencana lima tahun ke depan.
Kolaborasi multipihak seperti itu, lanjutnya, menjadi contoh bagaimana sebuah program dapat menghasilkan dampak berkelanjutan jika dijalankan bersama para pemangku kepentingan lokal.
Baca juga: Warga Sebut CFD di Jalan Tegar Beriman Bisa Bantu UMKM
Selain bekerja sama dengan pemerintah, Mastercard Strive juga melibatkan lebih dari 200 mentor lokal untuk mendampingi pelaku UMKM.
Salah satunya adalah Enung Hasanah atau dikenal sebagai Teh Enung. Wirausahawan asal Garut ini mendirikan komunitas UMKM bernama Rumah Kami pada 2021.
Awalnya, Rumah Kami hanya menjadi wadah berbagi pengalaman antar-pelaku usaha. Namun, sejak bergabung dalam program Mastercard Strive, komunitas ini berkembang menjadi pusat pelatihan dan dukungan bisnis yang menjangkau lebih banyak pelaku UMKM.
“Ini bukan hanya tentang mempelajari keterampilan baru, melainkan juga tentang mendapatkan akses ke jaringan yang benar-benar dibutuhkan UMKM untuk tumbuh,” kata Teh Enung.
Melalui pelatihan hybrid, para pelaku usaha kini memiliki akses lebih luas ke lembaga keuangan, instansi pemerintah, dan mitra bisnis lainnya. Teh Enung menilai, keterampilan memang penting, tetapi jaringan bisnis menjadi kunci agar UMKM dapat bertahan dan berkembang.
Mastercard Strive dirancang sebagai program katalis yang mendorong kemandirian, bukan ketergantungan. Setelah mentor dan pemerintah daerah mengambil alih peran, proses pemberdayaan diharapkan dapat berjalan mandiri dan berkelanjutan.
Baca juga: Menteri UMKM Sebut Realisasi KUR Capai 72,6 Persen dari Rp 300 Triliun, Tertinggi Sektor Produksi
Pada akhirnya, pendekatan tersebut dapat menciptakan efek pengganda yang memungkinkan satu inisiatif lokal dapat menumbuhkan gerakan pemberdayaan di wilayah lain.
“Berdayakan satu perempuan, maka keluarganya akan tumbuh. Berdayakan lebih banyak perempuan, maka mereka akan menggerakkan komunitasnya,” tulis laporan Mastercard Strive.
Program tersebut pun kini menjadi model kolaborasi yang memperlihatkan bagaimana kemitraan antara sektor swasta, pemerintah, serta komunitas dapat memperkuat fondasi ekonomi lokal dan membuka jalan bagi pertumbuhan UMKM yang lebih inklusif di Indonesia.
Dari mentor lokal hingga pelaku usaha kecil, perubahan nyata sedang terjadi di berbagai daerah. Temukan bagaimana Mastercard Strive membantu UMKM Indonesia tumbuh, beradaptasi, dan berdaya di era digital di sini.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya