Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Labuan Bajo Kerap Banjir Saat Hujan, Warga: Hutan Sudah Gundul hingga Penyempitan Aliran Air

Kompas.com - 17/03/2025, 12:29 WIB
Nansianus Taris,
Icha Rastika

Tim Redaksi

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Kota Labuan Bajo selalu digenangi banjir saat hujan melanda.

Terhitung, dua kali Labuan Bajo terendam banjir sejak Januari 2024.

Ironisnya, dengan hujan satu hingga tiga jam saja, Kota Labuan Bajo terendam banjir, mulai dari pusat kota hingga ke sejumlah wilayah permukiman warga.

Baca juga: 18 Titik Rawan Banjir di Jateng, Waspadai Jalan-jalan Berikut...

Menyoroti hal itu, warga sekaligus aktivis lingkungan yang berbasis di Labuan Bajo, Doni Parera, mengatakan bahwa Labuan Bajo selalu banjir meskipun hujan hanya satu atau dua jam.

Ini menjadi sebuah pertanda alam yang jelas bahwa telah terjadi kemerosotan lingkungan hidup yang luar biasa.

Hal ini menyebabkan alam tidak punya kemampuan lagi untuk menahan laju aliran air karena beberapa sebab.

"Hutan yang sudah gundul, ada infrastruktur fisik masuk ke alam area hutan, penyempitan alur-alur aliran alami air, terutama kali mati, hilangnya area tangkapan dan parkir air, sehingga alam tidak punya kemampuan menahan laju air yang seharusnya menjadi tugas akar-akar pohon," ujar Doni di Labuan Bajo, Senin (16/3/2025).

Ia menyebut bahwa hutan tutupan Bowo Sie sudah beralih menjadi area komersial, dibangun infrastruktur yang mengurangi muka lantai hutan dan area resapan air.

Namun, dalam penyampaian ke publik, hal tersebut dikatakan untuk konservasi.

Baca juga: Hujan Lebat Semalaman, Palembang Kembali Diterjang Banjir

Kemudian, penimbunan area-area yang dulunya menjadi lokasi tangkapan air, seperti area bandara, seputar rumah dinas bupati, angkatan laut, Bulog, area SMIP, Batu Susun, dan Batu Cermin, yang sekarang telah berubah menjadi pemukiman dan perkantoran.

Dulu, menurut dia, di sisi kiri bandara yang menghadap ke arah utara terdapat cekungan-cekungan yang menampung air di bawah bukit, yang sekarang ada bangunan pemantau cuaca di atasnya.

Area tangkapan air ini membuat ada mata air yang mengalir deras ke arah Binongko.

Namun, sejak cekungan itu ditimbun untuk perluasan bandara, mata air di sisi lain bukit tersebut mati.

Sekarang, tersisa sedikit cekungan yang belum terimbun di ujung landasan bagian utara, dan masih menampung air hujan.

"Sampai tahun 90-an dan awal tahun 2000-an, kita masih bisa melihat area-area tampungan air, termasuk telaga-telaga yang terbentuk di dalam cekungan lantai hutan," ungkap dia.

Ia membeberkan salah satunya telaga yang terletak dalam cekungan lantai hutan di Bowo Sie yang airnya mengalir deras keluar lewat Wae Nahi, Liang Raba di Sernaru, kemudian mengalir membentuk aliran Wae Kelambu yang bermuara di Pasar Lama Labuan Bajo.

Baca juga: Rokok Ilegal Marak di Labuan Bajo, Pemkab Bentuk Satgas Khusus

Setelah hutan menipis, aliran itu hanya bertahan beberapa bulan sebelum kembali mengalir.

Hal lainnya, menurut dia, adalah penyempitan aliran air oleh bangunan di dalam kota Labuan Bajo.

Paling nyata adalah pembangunan saluran air di Lamtoro, yang dibuat lebih sempit dari kondisi awal yang seharusnya lebih lebar, karena harus mengalah pada bangunan-bangunan yang cenderung merampas area aliran air.

"Kita tampaknya tidak punya daya untuk mengatur diri agar lebih mempertimbangkan kondisi alam ketika membangun, agar alam akan selalu ramah kepada kita. Pun, seperti malas berpikir atau memang tidak mampu mengantisipasi perubahan iklim sehingga dapat menyesuaikan dengan bagaimana kita membangun infrastruktur fisik sehingga tidak cemas pada saat cuaca ekstrem," ungkap Doni.

Ia menyampaikan bahwa menanam pohon dan memungut sampah hanyalah kegiatan-kegiatan seremonial yang dilakukan demi pencitraan belaka, dan tidak pernah dilakukan dengan serius, karena tidak ada kelanjutan perawatan yang serius.

"Coba perhatikan, berapa banyak pohon yang berhasil tumbuh setelah banyak penanaman yang menghabiskan banyak anggaran. Nah, sekarang bagaimana kita menjadi cemas dan saling menyalahkan ketika terjadi cuaca ekstrem, air mencari jalannya, meluncur deras ketika semua penyangga-penyangga alaminya telah kita hancurkan," ujar Doni.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Membangun Aksara, Merajut Masa Depan Anak-anak Eks Timtim di Batas Negara
Membangun Aksara, Merajut Masa Depan Anak-anak Eks Timtim di Batas Negara
Regional
Mahasiswa dan Pelajar Todong DPRD Demak dalam Dialog Terbuka, dari Beasiswa hingga Transparansi APBD
Mahasiswa dan Pelajar Todong DPRD Demak dalam Dialog Terbuka, dari Beasiswa hingga Transparansi APBD
Regional
Dana Hibah Ormas Diduga Dikuasai Oknum DPRD Jateng, Terungkap Praktik Makelar dan Potongan
Dana Hibah Ormas Diduga Dikuasai Oknum DPRD Jateng, Terungkap Praktik Makelar dan Potongan
Regional
Pariwisata Labuan Bajo Terganggu akibat Kelangkaan BBM, Pertamina Akan Bangun Terminal BBM
Pariwisata Labuan Bajo Terganggu akibat Kelangkaan BBM, Pertamina Akan Bangun Terminal BBM
Regional
Ketika Hijab Motif Aceh Menjangkau Pasar Dunia…
Ketika Hijab Motif Aceh Menjangkau Pasar Dunia…
Regional
Wali Kota Semarang Resmikan Jalan YB Mangunwijaya, Wujud Penghormatan dan Ruang Harapan
Wali Kota Semarang Resmikan Jalan YB Mangunwijaya, Wujud Penghormatan dan Ruang Harapan
Regional
Tunjangan DPRD NTT Capai Rp 41,4 Miliar Per Tahun, Ini Tanggapan Gubernur
Tunjangan DPRD NTT Capai Rp 41,4 Miliar Per Tahun, Ini Tanggapan Gubernur
Regional
Revisi Undang Undang Pariwisata, Keponakan Prabowo Beri Bocoran
Revisi Undang Undang Pariwisata, Keponakan Prabowo Beri Bocoran
Regional
Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja Tembakau, Pemkot Malang Gelar Pelatihan Olahan Pangan Bagi Pekerja Rokok
Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja Tembakau, Pemkot Malang Gelar Pelatihan Olahan Pangan Bagi Pekerja Rokok
Regional
Pesta Berujung Maut, 2 Pria di Pulau Seram Maluku Tewas Setelah Cekcok
Pesta Berujung Maut, 2 Pria di Pulau Seram Maluku Tewas Setelah Cekcok
Regional
Berkat Chromebook Bantuan Nadiem, Pelajar di Pelosok Banten Bisa Belajar Pakai Laptop
Berkat Chromebook Bantuan Nadiem, Pelajar di Pelosok Banten Bisa Belajar Pakai Laptop
Regional
Unsoed Dampingi Mahasiswi Korban Kekerasan Seksual Guru Besar
Unsoed Dampingi Mahasiswi Korban Kekerasan Seksual Guru Besar
Regional
Krisis Air Bersih di Batu Merah, Wali Kota Batam Geram
Krisis Air Bersih di Batu Merah, Wali Kota Batam Geram
Regional
DPR Hentikan Tunjangan Perumahan Rp 50 Juta, Dosen UGM: DPRD Harus Ikut Berbenah
DPR Hentikan Tunjangan Perumahan Rp 50 Juta, Dosen UGM: DPRD Harus Ikut Berbenah
Regional
WN Belgia Terpeleset Saat Menuju Danau Segar Anak Gunung Rinjani
WN Belgia Terpeleset Saat Menuju Danau Segar Anak Gunung Rinjani
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau