SAMARINDA, KOMPAS.com – Di tengah kelangkaan beras premium yang melanda wilayah Jabodetabek, kondisi di Samarinda masih relatif aman.
Dinas Perdagangan Kota Samarinda memastikan, stok beras premium cukup hingga akhir tahun, meskipun harga di pasaran kini rata-rata tembus Rp 19.000 per kilogram.
Baca juga: Beras Premium di Banyumas Hilang dari Pasaran 2 Pekan Terakhir
Ketua Tim Pengendalian Barang Pokok dan Barang Penting Dinas Perdagangan Samarinda, Heny Kartika Handayani mengatakan, ketersediaan beras di ibu kota Kaltim itu didukung distribusi dari Bulog, Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang), dan Polresta Samarinda.
Program Gerakan Pangan Murah (GPM) juga disiapkan untuk menstabilkan pasokan.
“Alhamdulillah untuk Samarinda insya Allah aman. Bulog bersama Dinas Ketapang dan Polresta rutin mendistribusikan beras premium, bahkan Polresta melaksanakan GPM dengan pasokan tiga ton per hari hingga Desember,” kata Heny, Rabu (27/8/2025).
Meski begitu, ia mengakui ada sejumlah ritel modern yang sempat menarik beras premium dari etalase. Hal ini dipicu isu beras oplosan yang belakangan beredar di pasaran.
“Beberapa toko ritel modern seperti Indomaret memang menarik stok beras premium dari pusat untuk diperiksa ulang. Bukan dioplos, tapi kualitasnya ditemukan tidak sesuai dengan label premium karena kadar patahannya lebih tinggi,” ujar Heny.
Berdasarkan pemantauan Dinas Perdagangan, harga beras premium di pasar tradisional Samarinda bervariasi.
Di Pasar Segiri, Merdeka, dan Ijabah, harga beras berada di kisaran Rp 17.500 per kilogram, sementara di Pasar Kedondong dan Lok Bahu Rp 16.000 per kilogram, serta di Pasar Bengkuring mencapai Rp 19.500 per kilogram.
Rata-rata harga beras Rp 17.000 per kilogram.
Namun, sejumlah pedagang menyebut harga aktual di lapangan cenderung lebih tinggi.
Rahmah, pedagang di Pasar Merdeka, mengatakan ongkos angkut dari distributor membuat harga beras premium tembus Rp 19.000 per kilogram. Hal serupa diungkapkan Saipul, pedagang beras di Pasar Segiri.
Baca juga: Harga Beras Naik, Warga Depok Kian Tertekan tapi Tetap Harus Makan Nasi
“Beras premium memang tersedia, tapi biaya distribusi membuat harga jual naik. Dari distributor ongkos angkutnya besar, jadi di pasar kami terpaksa jual di atas Rp 18.500 hingga Rp 19.000 per kilogram,” tutur Saipul.
Heny mengimbau masyarakat tetap waspada dalam membeli beras. Ia menyarankan pembeli memeriksa kualitas beras sebelum transaksi, terutama terkait butiran patah dan warna beras.
“Kalau mau lebih yakin, beli beras di pasar tradisional karena bisa langsung melihat kualitasnya. Premium itu kadar patahannya maksimal 15 persen. Kalau butiran patahnya terlalu banyak, hasil nasi cenderung lembek,” jelasnya.
Hingga kini, Dinas Perdagangan memastikan pasokan beras premium di Samarinda masih mencukupi. Warga diimbau tidak panik membeli secara berlebihan agar distribusi tetap merata.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini