MAHULU, KOMPAS.com – Bantuan 15 unit laptop Chromebook dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang diterima SMAN 1 Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, pada 2021 lalu kini sudah tidak bisa digunakan lagi.
Perangkat yang semula dipakai siswa dan guru untuk mendukung pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 itu rusak setelah terendam banjir besar yang melanda Mahakam Ulu pada 2024.
“Waktu banjir kemarin, semua barang elektronik kami terendam. Jadi 15 Chromebook itu sudah tidak bisa dipakai lagi. Barangnya sudah masuk jadwal kategori penghapusan,” kata Arniwati, Pengurus Barang Pembantu SMAN 1 Long Bagun saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (8/9/2025).
Baca juga: 3 Tahun Berlalu, SDN 002 Samarinda Masih Manfaatkan 15 Chromebook Bantuan Kemendikbud
Arniwati menjelaskan, meski jumlahnya terbatas, 15 Chromebook tersebut sempat sangat membantu aktivitas belajar-mengajar.
Laptop itu digunakan siswa untuk pembelajaran jarak jauh melalui Zoom dan Google Meet pada 2021.
Selain itu, guru juga memanfaatkannya untuk keperluan mengajar, sementara siswa menggunakannya ketika mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) secara virtual.
“Jumlah siswa kami sekitar 600 orang, jadi tentu 15 unit sangat terbatas. Penggunaannya hanya dipakai di sekolah, tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang,” ujarnya.
Setelah banjir besar 2024, pihak sekolah sempat mendapat bantuan 36 unit laptop dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Perangkat tersebut kini dipakai di laboratorium komputer.
Menurut Bendahara Pembantu Pengeluaran SMAN 1 Long Bagun, Gregorius Lejiu, penggunaan Chromebook di Mahakam Ulu sebenarnya kurang tepat sasaran.
“Di Mahakam Ulu, internet sering putus karena pembangunan jaringan belum maksimal. Chromebook hanya bisa dipakai online, sementara kalau mengetik atau menyimpan file offline agak susah,” ujar Gregorius.
Baca juga: Meski Tak Terima Uang, Nadiem Makarim Dinilai Tetap Bisa Dijerat dalam Kasus Laptop Chromebook
Ia menilai, pemerintah sebaiknya mempertimbangkan pemberian perangkat berupa laptop reguler yang bisa digunakan baik secara offline maupun online.
“Kalau laptop biasa, meski jaringan internet putus, siswa tetap bisa mengetik, belajar, dan menyimpan data. Jadi lebih sesuai dengan kondisi kami,” tambahnya.
Gregorius menyebut, kondisi di Long Bagun yang merupakan pusat ibu kota Kabupaten Mahakam Ulu saja sudah sulit mendapatkan akses internet stabil.
Apalagi sekolah-sekolah di perbatasan dengan Malaysia, seperti di Kecamatan Long Apari dan Kecamatan Long Pahangai.
“Makanya kami berharap bantuan berikutnya bukan Chromebook lagi, tapi laptop reguler yang lebih fleksibel. Itu akan sangat membantu kami dalam pembelajaran,” tegasnya.
Kasus pengadaan Chromebook sendiri tengah menjadi sorotan nasional.
Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan Kejaksaan Agung pada 4 September 2025 dalam dugaan korupsi pengadaan perangkat tersebut.
Baca juga: Saat Inovasi Tergelincir: Refleksi Kasus Chromebook Nadiem Makarim
Kejaksaan menduga ada pengaturan spesifikasi dalam proyek bernilai hampir Rp 2 triliun itu sehingga hanya menguntungkan produk Chromebook.
Kritik pun menguat karena perangkat tersebut dinilai tidak sesuai dengan kondisi banyak daerah di Indonesia yang masih memiliki keterbatasan jaringan internet—seperti yang dialami sekolah di Mahakam Ulu.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini