Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Longsor di Sudan Renggut 1.000 Lebih Korban Jiwa

Kompas.com - 02/09/2025, 10:24 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

 

KHARTOUM, KOMPAS.com – Tanah longsor besar melanda wilayah pegunungan di Darfur, Sudan barat menewaskan lebih dari 1.000 orang. Hanya satu orang yang dilaporkan selamat dari bencana yang terjadi pada Minggu (31/8/2025).

Gerakan/Tentara Pembebasan Sudan (SLM), kelompok pemberontak yang menguasai kawasan tersebut, menyebut longsor terjadi setelah hujan deras selama beberapa hari. Desa Tarasin di pegunungan Marra luluh lantak akibat terjangan material tanah dan bebatuan.

“Informasi awal menunjukkan seluruh penduduk desa, diperkirakan lebih dari seribu orang, meninggal dunia. Hanya satu orang yang selamat,” demikian pernyataan SLM, dikutip dari AFP pada Selasa (2/9/2025).

Baca juga: HRW: Pasukan Sudan Selatan Gunakan Senjata Pembakar, 58 Orang Tewas

Mereka menggambarkan longsor di Sudan itu sebagai peristiwa dahsyat yang juga menghancurkan sebagian wilayah penghasil jeruk.

SLM meminta bantuan PBB serta organisasi kemanusiaan internasional untuk mengevakuasi korban yang masih tertimbun puing.

Gubernur Darfur yang mendukung tentara, Minni Minnawi, menyebut kejadian itu sebagai tragedi kemanusiaan yang melampaui batas wilayah.

“Kami mengimbau organisasi kemanusiaan internasional untuk segera turun tangan. Tragedi ini lebih besar dari kemampuan rakyat kami untuk menanggungnya sendiri,” ujarnya dalam pernyataan resmi.

Akses sangat terbatas

Sebagian besar wilayah Darfur, termasuk lokasi longsor, sulit dijangkau organisasi bantuan internasional karena konflik bersenjata yang masih berlangsung. Kondisi ini membuat pengiriman bantuan kemanusiaan sangat terbatas, meski kebutuhan mendesak.

Sudan hingga kini masih dilanda perang saudara berdarah antara tentara pemerintah dengan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Baca juga: AS Potong Dana USAID, Anak-anak Sudan Selatan Meninggal Saat Jalan ke Klinik

Pertempuran yang pecah sejak April 2023 itu telah menjerumuskan negara di Afrika timur laut ini ke dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Meski tidak terlibat langsung dalam perang, SLM menguasai sebagian besar wilayah pegunungan tertinggi di Sudan.

Sementara itu, pertempuran antara kubu panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan komandan RSF Mohamed Hamdan Daglo terus berkecamuk.

Pasukan Burhan tahun ini merebut kembali Sudan tengah, sementara RSF menguasai sebagian besar Darfur, termasuk hampir seluruh ibu kota negara bagian kecuali El-Fasher serta sebagian wilayah Kordofan selatan.

Pertempuran berkepanjangan telah menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa jutaan warga mengungsi.

Sekitar empat juta orang tercatat meninggalkan ibu kota Khartoum, sementara total pengungsi internal di Sudan mencapai 10 juta jiwa.

Baca juga: Imbas Pemotongan Dana USAID dan Klinik Ditutup, Anak-anak Sudan Selatan Meninggal karena Kolera

Menurut data PBB, empat juta warga lainnya melarikan diri ke negara-negara tetangga. Lembaga internasional itu menggambarkan situasi di Sudan sebagai krisis pengungsian dan kelaparan terbesar di dunia saat ini.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau