BEIJING, KOMPAS.com - Presiden China Xi Jinping dijadwalkan memimpin parade militer terakbar negaranya pada Rabu (3/9/2025).
Acara ini disebut sebagai upaya Beijing menampilkan diri sebagai penjaga tatanan internasional pasca-AS di tengah ketidakpastian geopolitik global.
Parade yang digelar untuk memperingati 80 tahun kekalahan Jepang pada akhir Perang Dunia II itu akan dihadiri lebih dari 20 pemimpin dunia.
Baca juga: Mesranya Hubungan Rusia-China, Putin: Ini Belum Pernah Terjadi Sebelumnya
Beberapa tokoh yang dipastikan hadir antara lain Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, sebagaimana dilansir Reuters.
Menurut kantor berita resmi Xinhua, parade militer bertajuk "Hari Kemenangan" tersebut akan dimulai pukul 09.00 waktu setempat.
Xi Jinping diperkirakan akan menampilkan persenjataan terbaru China mulai dari rudal hipersonik hingga drone tempur.
Kehadiran Xi bersama Putin dan Kim, yang belum pernah terjadi sebelumnya, dipandang sebagai simbol terbentuknya "Poros Pergolakan" yang menantang dominasi Barat.
Baca juga: Parade Militer, Ajang China Tegaskan Diri Jadi Penjaga Tatanan Internasional
Bagi Kim Jong Un, ini akan menjadi agenda multilateral besar pertamanya, sekaligus pertama kali seorang pemimpin Korea Utara menghadiri parade militer di China dalam 66 tahun.
Kim tiba di Beijing dengan kereta khusus pada Selasa (2/9/2025) pagi.
"Kehadiran Vladimir Putin, (Presiden Iran) Masoud Pezeshkian, dan Kim Jong Un menggarisbawahi peran China sebagai kekuatan otoriter terkemuka di dunia," ujar Neil Thomas, pakar politik China di Pusat Analisis China Asia Society Policy Institute.
Thomas menambahkan, meningkatnya jumlah pemimpin Asia Tengah, Asia Barat, dan Asia Tenggara yang datang tahun ini dibanding parade terakhir pada 2015 menunjukkan kemajuan Beijing dalam diplomasi regional.
Baca juga: Kereta Lapis Baja Korut Bagai Benteng Berjalan Antar Kim Jong Un ke China
Awal pekan ini, Xi Jinping juga memimpin forum Organisasi Kerja Sama Shanghai Cooperation Organisation (SCO) di Tianjin.
Dalam forum tersebut, dia menyerukan pembentukan dunia multipolar yang lebih setara dan mendorong perspektif sejarah yang benar terkait Perang Dunia II.
Menurut analisis Brookings Institution, parade ini juga bagian dari "perang memori" yang dilancarkan China dan Rusia.
Kedua negara disebut ingin menawarkan versi sejarah alternatif terhadap narasi Barat yang dianggap mengecilkan kontribusi mereka dalam melawan fasisme.
Xi menggambarkan perang melawan Jepang sebagai titik balik besar bagi "peremajaan bangsa China yang kini menjelma kekuatan ekonomi dan geopolitik dunia.
Baca juga: Jarang Adakan Perjalanan Diplomatik, Apa Misi Kim Jong Un Kunjungi China?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini