Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambang Parung Panjang Ditutup, Warga Senang tapi Sopir Truk dan Pedagang Merugi

Kompas.com - 03/10/2025, 08:00 WIB
Maya Citra Rosa

Editor

KOMPAS.com – Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk menghentikan sementara aktivitas tambang di wilayah Parung Panjang, Cigudeg, dan Rumpin, menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

Truk tambang yang biasanya memenuhi jalanan kini berhenti beroperasi karena produksi perusahaan dihentikan.

Kondisi ini membuat sebagian warga lega, tetapi menimbulkan keresahan bagi sopir dan pedagang yang selama ini bergantung pada aktivitas tambang.

Jalan Lancar, Debu Berkurang

Elisa (46), warga Parung Panjang, mengaku senang dengan suasana jalan yang lebih lengang. Tanpa truk tambang, kemacetan berkurang drastis.

"Ya senang gitu, enggak macet gitu kendaraannya. Bagus sekarang," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (1/10/2025).

Selain macet, debu jalanan juga jauh berkurang. "Debu juga enggak begitu banyak, yang penting macetnya itu. Macet kalau pas ada truk, kalau pagi tuh anak-anak sekolah susah, (berangkat) kerja juga macet, sore juga sama," jelasnya.

Baca juga: Kata Pemilik Lapak Batu soal Dedi Mulyadi Tutup Tambang Parung Panjang: Terpukul...

Hal serupa dirasakan Andri (20), pedagang gorengan di Jalan M Toha. "Menurut saya lebih bagus, enggak ada polusi, jalan enggak macet," katanya.

Pedagang dan Sopir Kehilangan Penghasilan

Berbeda dengan warga, pedagang warung seperti Ola justru mengeluh. Warungnya yang biasanya ramai sopir truk kini sepi pembeli.

"Dampaknya gede banget, sampai detik sekarang dari Pak KDM (Dedi Mulyadi) nutup perusahaan jadi dampaknya benar-benar luar biasa ke warung saya," kata Ola.

Ia bahkan pernah hanya mendapat pemasukan Rp 4.000 dalam sehari, jauh dari omzet normal Rp 1,3 juta. "Kemarin nol besar, tetapi kami tetap buka siapa tahu ada yang beli," tambahnya.

Sementara itu, Haris, seorang sopir truk tambang, juga merasa terpukul. Ia biasanya mendapat Rp 70.000–Rp 100.000 per rit saat mengangkut hasil tambang dari Cigudeg ke Tangerang.

Baca juga: Kali Rengas Meluap, Ratusan Warga Parung Bogor Terdampak Banjir

"Saya sebagai sopir (truk) adanya tambang ditutup kami blangsak semua," ucapnya.

Menurut Haris, bukan hanya sopir, tapi juga kuli angkut dan pedagang kecil ikut terdampak. "Keadilan, ditegakkan keadilan, yang seadil-adilnya, karena banyak yang dirugikan. Ditutup (aktivitas tambang) seperti ini sama saja 'membunuh' saya, 'membunuh' banyak orang," ujarnya.

Alasan Dedi Mulyadi

Menanggapi protes tersebut, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa penutupan tambang dilakukan demi kepentingan warga yang lebih luas. Ia menyoroti kerusakan jalan, polusi debu, kebisingan, hingga kecelakaan lalu lintas akibat truk tambang.

"Kalau giliran ada kebijakan gubernur yang mengembalikan kembali ketenangan hidup warga, agar bisa menikmati jalan dengan baik, terbebas dari debu, terbebas dari kebisingan, terhindar dari berbagai kecelakaan yang ditimbulkan karena angkutan yang besar-besar, pasti maju yang paling depan adalah rakyat yang paling bawah," katanya.

195 Korban Jiwa dalam 5 Tahun

Dedi menegaskan, sejak 2019 hingga 2024, ada 195 orang meninggal dunia akibat kecelakaan yang melibatkan truk tambang, sementara 140 lainnya mengalami luka berat.

Baca juga: Truk Tambang Hilang, Parung Panjang Kini Lengang, Warga Senang Tak Lagi Makan Debu

"Saya paham para penambang kehilangan pendapatan, para pengusaha angkutan kehilangan pemasukan, sopir-sopir truk kehilangan pekerjaan. Namun, Anda juga harus paham, dari 2019 sampai 2024, ada 195 orang meninggal di jalan karena terlindas, tersenggol, atau bertabrakan dengan truk. Ada 140 luka berat. Pertanyaannya, 'ke mana Anda semua ketika banyak anak kehilangan bapaknya?'" tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pro Kontra Dedi Mulyadi Hentikan Tambang di Parung Panjang, Tak Macet hingga Jalan Khusus

Sebagian tayang dengan judul Tanggapi Dedi Mulyadi Stop Tambang Parung Panjang, Sopir Truk: Harus Adil, Sama Saja "Bunuh" Saya...

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Sulawesi Selatan
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Jawa Tengah
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Jawa Timur
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
Lampung
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
Jawa Timur
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Kalimantan Barat
Bukan Sekadar Indah, Ini Fakta Unik Pantai Kelingking Nusa Penida yang Mirip T-Rex
Bukan Sekadar Indah, Ini Fakta Unik Pantai Kelingking Nusa Penida yang Mirip T-Rex
Jawa Timur
Cara Cek NIK Terdaftar Pinjol atau Judol, Cuma Lewat Hp
Cara Cek NIK Terdaftar Pinjol atau Judol, Cuma Lewat Hp
Kalimantan Barat
Syarat Pemutihan BPJS Kesehatan 2025, Ini Peserta yang Bisa Mengajukan
Syarat Pemutihan BPJS Kesehatan 2025, Ini Peserta yang Bisa Mengajukan
Banten
Profil Gusti Purbaya: Kandidat Utama Pengganti Takhta Pakubuwono XIII
Profil Gusti Purbaya: Kandidat Utama Pengganti Takhta Pakubuwono XIII
Jawa Tengah
Apakah Onadio Leonardo Akan Direhabilitasi Setelah Asesmen BNNP?
Apakah Onadio Leonardo Akan Direhabilitasi Setelah Asesmen BNNP?
Jawa Timur
Pemkot Ungkap Penyebab Banjir Kaligawe Lama Surut, Kini Prioritaskan Penanganan Warga Terdampak
Pemkot Ungkap Penyebab Banjir Kaligawe Lama Surut, Kini Prioritaskan Penanganan Warga Terdampak
Jawa Tengah
7 Fakta Polemik Lift Kaca Pantai Kelingking Nusa Penida yang Tuai Protes Warga
7 Fakta Polemik Lift Kaca Pantai Kelingking Nusa Penida yang Tuai Protes Warga
Jawa Timur
Inflasi di Jateng Naik 0,40 Persen pada Oktober 2025, Dipicu Lonjakan Harga Emas, Telur, dan Cabai
Inflasi di Jateng Naik 0,40 Persen pada Oktober 2025, Dipicu Lonjakan Harga Emas, Telur, dan Cabai
Jawa Tengah
Gusti Purbaya, Kandidat Kuat Pengganti Mendiang Pakubuwono XIII
Gusti Purbaya, Kandidat Kuat Pengganti Mendiang Pakubuwono XIII
Jawa Tengah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau