KOMPAS.com – Situasi di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Israel terus memanas sejak serangan kelompok Hamas pada Oktober 2022 lalu. Konflik yang berkepanjangan ini telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
Di tengah eskalasi konflik, sejumlah warga negara Amerika Serikat (AS) juga menjadi korban tewas, baik akibat serangan militer maupun insiden lain yang melibatkan pasukan Israel.
Berdasarkan laporan Al Jazeera pada Jumat (18/7/2025), hingga kini sudah ada sembilan warga AS yang tewas sejak 2022.
Baca juga: Utusan Trump Desak Israel Usut Pembunuhan Warga AS di Tepi Barat
Lantas, bagaimana langkah pemerintah AS untuk menanggapi kasus-kasus tersebut?
Sayfollah Musallet, warga AS berusia 20 tahun, tewas dipukuli pemukim Israel di Tepi Barat pekan lalu. Keluarganya menuntut Washington menggelar penyelidikan independen demi memastikan akuntabilitas.
“Harus ada akuntabilitas atas tindakan kriminal dan teroris ini,” ujar Mike Huckabee, Duta Besar AS untuk Israel, Selasa lalu.
Musallet tercatat sebagai warga AS kesembilan yang tewas akibat tindakan pemukim atau tentara Israel sejak 2022. Namun, sejauh ini tidak ada satu pun kasus yang berujung pada tuntutan pidana atau sanksi AS terhadap pelaku.
Para aktivis menyebut ini sebagai pola impunitas, di mana AS mendesak Israel menyelidiki, tapi tak memberikan tekanan signifikan agar ada hasil nyata.
Omar Assad, warga Amerika Palestina berusia 78 tahun, tewas pada Januari 2022 setelah dihentikan di pos pemeriksaan Israel di Tepi Barat.
Assad diseret dari mobil, diborgol, mulutnya disumpal, matanya ditutup, lalu ditinggalkan di area konstruksi hingga meninggal karena kedinginan.
Meski pemerintahan Presiden Joe Biden saat itu meminta Israel menyelidiki kasus ini, tuntutan keluarga Assad dan anggota parlemen asal Milwaukee agar AS turun tangan langsung tak pernah terealisasi.
Pada 2023, militer Israel menyatakan tidak menemukan kaitan langsung antara perlakuan tentaranya dan kematian Assad. AS pun tidak menjatuhkan sanksi apa pun pada Batalion Netzah Yehuda yang terkenal sering melanggar hak asasi manusia di Tepi Barat.
Baca juga: Warga AS-Palestina Tewas di Tepi Barat, Keluarga Desak Amerika Lakukan Penyelidikan
Shireen Abu Akleh, jurnalis senior Al Jazeera, tewas ditembak tentara Israel saat meliput penggerebekan di Jenin, Tepi Barat, Mei 2022. Pembunuhannya memicu kecaman global dari kelompok hak asasi manusia dan aktivis kebebasan pers.
Israel awalnya menyalahkan warga Palestina bersenjata. Namun, setelah sejumlah investigasi membantah klaim itu, Israel mengakui pasukannya kemungkinan besar menewaskan Abu Akleh dan menyebutnya sebagai kecelakaan.
Pemerintahan Biden sempat didesak melakukan penyelidikan independen, tetapi menolak dengan alasan Israel mampu menyelidiki sendiri. Hingga kini, keadilan bagi keluarga Abu Akleh belum terwujud.