Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak, Tanda-tanda Job Hugging dan Apa yang Harus Dilakukan Pekerja

Kompas.com - 24/09/2025, 14:59 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Forbes

JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena "job hugging" kini marak di kalangan anak muda, khususnya pekerja Gen Z. 

Job hugging adalah mempertahankan pekerjaan demi kesejahteraan, karena mereka tidak yakin akan masa depan.

Dikutip dari Forbes, Rabu (24/9/2025), di tengah PHK besar-besaran, melonjaknya harga, dan kondisi ekonomi yang menantang, kekhawatiran dan kecemasan di tempat kerja mencapai titik tertinggi.

Baca juga: Pasar Kerja Lesu, Tren Job Hugging Makin Menguat di Kalangan Sarjana

Ilustrasi gen Z di kantor. SHUTTERSTOCK/GROUND PICTURE Ilustrasi gen Z di kantor.

Dengan begitu banyaknya ketidakpastian ekonomi, semakin banyak pekerja yang merasa bahwa job hugging dan tetap bertahan lebih aman daripada mengambil lompatan tak terduga untuk mendapatkan peluang baru.

Ketidakpastian pekerjaan menimbulkan ancaman, meningkatkan kekhawatiran dan kecemasan, serta berdampak lebih besar pada kesehatan Anda daripada kehilangan pekerjaan.

Namun, ketidakpastian adalah bagian tak terelakkan dari karier kita. Tidak seorang pun dari kita tahu masa depan, jadi kita harus menjalaninya dalam jumlah tertentu.

Berpegang teguh pada pola bertahan dengan prediktabilitas adalah respons alami ketika pekerjaan Anda dipertaruhkan.

Baca juga: Fenomena “Job Hugging”, Dilema Anak Muda Bertahan di Pekerjaan yang Bukan Cita-citanya

Menurut Jennifer Schielke, CEO dan salah satu pendiri Summit Group Solutions, serta penulis buku Leading for Impact: The CEO's Guide to Influencing with Integrity, job hugginhg menciptakan ilusi loyalitas, tetapi sebenarnya stagnasi.

"Tren PHK yang muncul setelah apa yang diantisipasi sebagai masa pemulihan dari periode Covid memperparah kurangnya keamanan di pasar yang sudah terdampak," kata Schielke.

Halaman:


Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau