Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Leo Chris Evan Sinulingga
Analis Bank Indonesia

Analis Bank Indonesia

Merawat Rupiah, Menjaga Nilai Tukar

Kompas.com - 13/10/2025, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELAKANGAN, nilai Rupiah cukup berfluktuasi. Beberapa kali Rupiah tidak dalam performa terbaiknya. Penyebabnya beragam, baik faktor global maupun domestik.

Meskipun sempat menguat akibat adanya shutdown pemerintahan di Amerika Serikat, nilai dollar AS nyatanya masih cukup perkasa untuk “dilawan”.

Salah satunya disebabkan oleh pergerakan suku bunga The Fed. Faktor lainnya seperti harga komoditas dunia dan geopolitik ikut melemahkan nilai tukar Rupiah.

Sebenarnya, pelemahan ini tidak terjadi hanya kepada Rupiah. Sebagian besar mata uang Asia sempat ikut “meluncur”, seperti Baht Thailand.

Di sisi lain, adanya pelonggaran kebijakan fiskal dan moneter disinyalir menjadi salah satu penyebab melemahnya Rupiah dari sisi domestik.

Mengapa stabilitas nilai tukar Rupiah ini harus dijaga? Stabilitas nilai Rupiah penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Bank Indonesia membagi kestabilan nilai Rupiah ke dalam 2 (dua) konsep, yaitu kestabilan harga barang dan jasa, serta kestabilan nilai tukar.

Adapun kestabilan nilai tukar diukur dari kestabilan nilai Rupiah terhadap mata uang negara lain. Dengan nilai tukar Rupiah yang stabil, diharapkan kepastian ekonomi dapat tercipta dan perekonomian tetap dalam kondisi baik.

Stabilitas nilai tukar dan tingkat kepercayaan masyarakat

Satu hal yang menurut saya cukup menarik ketika membahas nilai tukar adalah faktor tidak langsung yang memengaruhinya, yaitu tingkat kepercayaan masyarakat.

Tingkat kepercayaan masyarakat yang dimaksud di sini adalah terhadap mata uangnya. Konsep kepercayaan ini sangat umum dalam penggunaan fiat money.

Baca juga: Mungkinkah AI Jadi Pemenang Hadiah Nobel?

Nilai nominal uang tidak lagi dihitung dari nilai intrinsiknya, seperti emas yang dulu sempat digunakan sebagai alat tukar ataupun konsep barter sebelum kemunculan fiat money.

Penggunaan fiat money benar-benar hanya bergantung kepada kepercayaan masyarakat terhadap mata uangnya. Contoh fiat money yang dikenal saat ini adalah uang fisik yang kita gunakan sehari-hari.

Membangun kepercayaan ini tergantung bagaimana peran dari otoritas yang mengeluarkan uang sebagai legal tender, seperti bank sentral dapat menjaga kepercayaan masyarakat melalui kewenangannya dalam menjaga stabilitas nilai tukar, termasuk melalui instrumen moneter mereka.

Nilai tukar yang stabil akan memberikan dampak psikologis kepada masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman terhadap mata uang mereka.

Rasa percaya inilah yang kemudian menjadi dasar yang menjamin bahwa uang akan diterima oleh masing-masing pihak ketika melakukan transaksi.

Halaman:


Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau