
BELAKANGAN, nilai Rupiah cukup berfluktuasi. Beberapa kali Rupiah tidak dalam performa terbaiknya. Penyebabnya beragam, baik faktor global maupun domestik.
Meskipun sempat menguat akibat adanya shutdown pemerintahan di Amerika Serikat, nilai dollar AS nyatanya masih cukup perkasa untuk “dilawan”.
Salah satunya disebabkan oleh pergerakan suku bunga The Fed. Faktor lainnya seperti harga komoditas dunia dan geopolitik ikut melemahkan nilai tukar Rupiah.
Sebenarnya, pelemahan ini tidak terjadi hanya kepada Rupiah. Sebagian besar mata uang Asia sempat ikut “meluncur”, seperti Baht Thailand.
Di sisi lain, adanya pelonggaran kebijakan fiskal dan moneter disinyalir menjadi salah satu penyebab melemahnya Rupiah dari sisi domestik.
Mengapa stabilitas nilai tukar Rupiah ini harus dijaga? Stabilitas nilai Rupiah penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Bank Indonesia membagi kestabilan nilai Rupiah ke dalam 2 (dua) konsep, yaitu kestabilan harga barang dan jasa, serta kestabilan nilai tukar.
Adapun kestabilan nilai tukar diukur dari kestabilan nilai Rupiah terhadap mata uang negara lain. Dengan nilai tukar Rupiah yang stabil, diharapkan kepastian ekonomi dapat tercipta dan perekonomian tetap dalam kondisi baik.
Satu hal yang menurut saya cukup menarik ketika membahas nilai tukar adalah faktor tidak langsung yang memengaruhinya, yaitu tingkat kepercayaan masyarakat.
Tingkat kepercayaan masyarakat yang dimaksud di sini adalah terhadap mata uangnya. Konsep kepercayaan ini sangat umum dalam penggunaan fiat money.
Baca juga: Mungkinkah AI Jadi Pemenang Hadiah Nobel?
Nilai nominal uang tidak lagi dihitung dari nilai intrinsiknya, seperti emas yang dulu sempat digunakan sebagai alat tukar ataupun konsep barter sebelum kemunculan fiat money.
Penggunaan fiat money benar-benar hanya bergantung kepada kepercayaan masyarakat terhadap mata uangnya. Contoh fiat money yang dikenal saat ini adalah uang fisik yang kita gunakan sehari-hari.
Membangun kepercayaan ini tergantung bagaimana peran dari otoritas yang mengeluarkan uang sebagai legal tender, seperti bank sentral dapat menjaga kepercayaan masyarakat melalui kewenangannya dalam menjaga stabilitas nilai tukar, termasuk melalui instrumen moneter mereka.
Nilai tukar yang stabil akan memberikan dampak psikologis kepada masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman terhadap mata uang mereka.
Rasa percaya inilah yang kemudian menjadi dasar yang menjamin bahwa uang akan diterima oleh masing-masing pihak ketika melakukan transaksi.