Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indef: 70 Persen Kunjungan Prabowo ke Luar Negeri, Tanda Fokus Diplomasi Global

Kompas.com - 23/10/2025, 16:56 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat sebanyak 70 persen kunjungan Presiden Prabowo Subianto selama setahun menjabat dilakukan ke luar negeri.

Peneliti Continuum Indef Wahyu Tri Utomo menyebut pola ini berbeda dari pendahulunya, Joko Widodo, yang pada tahun pertamanya lebih banyak berkunjung ke dalam negeri.

"Presiden Prabowo menunjukkan jangkauan yang jauh lebih global. Selain Asia, fokusnya meluas signifikan ke Eropa, Timur Tengah, dan Amerika," kata Wahyu dalam Diskusi Publik Evaluasi 1 Tahun Prabowo-Gibran di Bidang Ekonomi, Kamis (23/10/2025).

Baca juga: Ekonom Indef Beberkan Alasan Prabowo Pilih Purbaya Jadi Menkeu

Ia menilai tingginya intensitas kunjungan luar negeri Prabowo mencerminkan strategi geopolitik baru yang menempatkan Indonesia sebagai pemain aktif di berbagai kawasan.

Sementara itu, pada tahun pertama pemerintahan Joko Widodo, sekitar 75 persen aktivitas kunjungan dilakukan di dalam negeri, dengan fokus pada pembangunan infrastruktur dan pelaksanaan program ekonomi domestik.

"Pak Prabowo sampai ke tiga benua, Eropa, Amerika, kemudian Asia. Sedangkan Pak Jokowi pada tahun pertamanya masih banyak di sekitaran Asia," ucap Wahyu.

Direktur Pengembangan Big Data Indef Eko Listiyanto menambahkan arah diplomasi ekonomi di era Prabowo terlihat lebih ofensif ke luar negeri. Ia menyebut aktivitas tersebut menghasilkan sejumlah kesepakatan strategis, terutama dengan Amerika Serikat, China, dan BRICS.

"AS dan China adalah dua mitra dagang utama kita. Sekarang China menjadi mitra dagang terbesar, lalu disusul AS," ujar Eko.

Baca juga: Ekonom INDEF: Stabilitas Ekonomi Butuh Empati dan Keadilan Hukum

Menurut Eko, kinerja perdagangan Indonesia dengan AS saat ini cenderung surplus, sedangkan dengan China masih defisit. Kondisi itu menunjukkan perlunya strategi berbeda dalam menjaga keseimbangan hubungan dagang kedua negara.

"Dengan situasi seperti ini, dua negara ini tetap penting bagi kita, tapi perlu ada pembedaan pendekatan," katanya.

Eko menilai Indonesia juga perlu memperluas pasar ekspor di luar mitra tradisional untuk mengurangi ketergantungan pada AS dan China.

Terkait BRICS, Eko menyoroti peran dominan China di dalam blok tersebut. BRICS menguasai sekitar 40 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) global, dan 70 persen di antaranya berasal dari China.

"Secara geopolitik, arah BRICS akan banyak ditentukan oleh agenda China," ujar Eko.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Ekbis
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Energi
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
Ekbis
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Ekbis
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau