JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil bertransmisi otomatis atau matik memang menawarkan kemudahan saat berkendara, tetapi jenis transmisi ini juga cukup sensitif terhadap kebiasaan pengemudi.
Bila tidak dirawat dengan benar, sistem transmisi bisa mengalami kerusakan yang berujung pada biaya perbaikan tinggi.
Dealer Technical Support Department Head PT Toyota Astra Motor (TAM) Didi Ahadi menyampaikan, biasanya kerusakan datang karena kebiasaan yang tampak sepele.
Baca juga: Jejak Sejarah Suzuki: dari Mesin Tenun sampai Mobil Listrik
Transmisi mobil transmisi matikBeberapa di antaranya ialah telat ganti oli transmisi secara berkala atau membiarkan tuas tetap di posisi D saat berhenti di lampu merah.
"Gejala awal kerusakan transmisi otomatis umumnya bisa dirasakan langsung saat mobil dikendarai. Salah satunya muncul suara aneh ketika tuas transmisi dipindahkan dari posisi N ke D, atau dari P ke R," katanya dalam keterangan tertulis.
Bunyi “krek” atau “trek” yang terdengar tidak biasa bisa menjadi tanda ada masalah pada sistem transmisi.
Tanda lainnya adalah tarikan mesin terasa berat atau tersendat saat pedal gas diinjak. Ini bisa disebabkan oleh oli transmisi yang kotor, bocor, atau bahkan habis sehingga tekanan oli tidak cukup untuk melakukan perpindahan gigi.
Pada transmisi jenis elektrik, penyebabnya juga bisa berasal dari kerusakan pada komponen Transmission Control Module (TCM).
Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah munculnya getaran ketika mobil melaju. Jika terasa ada getaran tidak biasa dari mesin, kemungkinan besar kampas kopling sudah aus atau rusak.
Hal ini membuat distribusi tenaga ke roda berkurang dan membuat mobil terasa loyo saat akselerasi.
Baca juga: Rencana Aion Luncurkan E9 PHEV, Pesaing Alphard di Indonesia
Beda dan fungsinya tuas transmisi mobil matikSelain itu, perpindahan gigi yang tersendat juga menjadi indikasi adanya gangguan pada sistem mekanikal transmisi. Jika dibiarkan, kerusakan bisa semakin parah hingga membuat gigi transmisi terkunci, terutama pada posisi mundur (R).
Pada mobil matik modern, perpindahan gigi seharusnya berlangsung halus.
Namun jika terasa ada entakan kuat seperti terdorong dari belakang, bisa jadi ada kebocoran pada selenoid pressure yang membuat oli tidak melumasi komponen dengan sempurna.
"Ciri terakhir yang patut diperhatikan adalah konsumsi bahan bakar yang menjadi lebih boros. Ini terjadi karena torsi mesin tidak tersalurkan dengan optimal ke roda, sehingga putaran mesin harus lebih tinggi untuk menghasilkan tenaga yang sama," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang