Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hentikan Treking 4 Orang di Bukit Kukusan Lereng Merapi, TNGM: Bukan Tempat Wisata

Kompas.com - 17/10/2025, 22:03 WIB
Wijaya Kusuma,
Krisiandi

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) menemukan empat orang yang sedang melakukan aktivitas treking di Bukit Kukusan, yang terletak di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Keempat wisatawan tersebut diberikan sosialisasi mengenai larangan beraktivitas di lokasi tersebut dan diminta untuk menghapus konten yang telah mereka unggah di media sosial.

"Dalam beberapa waktu terakhir ini bermunculan akun media sosial terutama di TikTok yang mengunggah aktivitas wisata tidak pada lokasi yang diperkenankan," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Muhammad Wahyudi, Jumat (17/10/2025). 

Baca juga: 2 Hari Hilang, Pria Asal Magelang Ditemukan di Lereng Merapi

Ia menekankan bahwa Bukit Kukusan bukanlah lokasi yang aman untuk kegiatan wisata.

Wahyudi menjelaskan bahwa Bukit Kukusan secara administratif terletak di Kabupaten Klaten dan berada di luar zona pemanfaatan, yang merupakan area yang diperbolehkan untuk kegiatan wisata alam.

Lokasi ini juga berada dalam radius 2 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Aktivitas di Bukit Kukusan sangat berbahaya karena topografi yang curam, terdapat jurang di sisi kiri, kanan, dan bagian depan," tambahnya.

Baca juga: Cegah Kerusakan Lingkungan, Jalur Liar Motor Trail di Lereng Merapi Ditutup Portal

Pada Kamis (16/10/20254), petugas Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) wilayah Kemalang dan Cangkringan melakukan patroli di Bukit Kukusan dan menemukan empat orang yang sedang treking, yaitu RD, FP, dan S yang merupakan warga Kabupaten Sleman, serta WL yang berasal dari Klaten.

"Petugas menyampaikan sosialisasi larangan trekking di Bukit Kukusan, radius aman beraktivitas, dan lokasi yang boleh dikunjungi oleh wisatawan. Keempatnya juga bersedia menghapus dokumentasi yang sempat diambil," tuturnya.

Pasang papan larangan treking


Setelah sosialisasi, petugas memasang papan larangan treking di area Bukit Kukusan.

Balai Taman Nasional Gunung Merapi juga berupaya menginventarisasi akun-akun media sosial yang mengunggah konten di Bukit Kukusan.

Mereka memberikan sosialisasi bahwa lokasi tersebut bukan area wisata dan beraktivitas di sana sangat berbahaya.

Baca juga: Sultan Pastikan Tak Ada Lagi Warga Tambang Lereng Merapi, Beralih Jadi Petani Kopi

Selain itu, mereka juga meminta agar konten yang diunggah di Bukit Kukusan dihapus.

Wahyudi mengingatkan masyarakat bahwa untuk kegiatan wisata, telah disediakan lima destinasi wisata alam (OWA) resmi.

"Untuk kegiatan wisata sudah disediakan lima OWA, yaitu Jurang Jero (Magelang), Telogo Muncar (Sleman), Plunyon dan Kalikuning Park (Sleman), serta Kalitalang (Klaten)," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Rekayasa Lalu Lintas Diberlakukan Saat Pengantaran Jenazah Raja Keraton Surakarta PB XIII
Rekayasa Lalu Lintas Diberlakukan Saat Pengantaran Jenazah Raja Keraton Surakarta PB XIII
Regional
Gubernur Sumut Turun Tangan Mediasi ASN Viral, Presiden Prabowo Beri Atensi Langsung
Gubernur Sumut Turun Tangan Mediasi ASN Viral, Presiden Prabowo Beri Atensi Langsung
Kilas Daerah
Sekretariat Mahasiswa di Makassar Diteror Bom Molotov, Satu Orang Terluka
Sekretariat Mahasiswa di Makassar Diteror Bom Molotov, Satu Orang Terluka
Regional
Banjir Semarang Surut, Penanganan Disebut Dapat Apresiasi dari Wapres Gibran
Banjir Semarang Surut, Penanganan Disebut Dapat Apresiasi dari Wapres Gibran
Regional
Keraton Surakarta Terapkan Aturan Melayat Raja PB XIII: Perempuan Harus Pakai Rok Panjang
Keraton Surakarta Terapkan Aturan Melayat Raja PB XIII: Perempuan Harus Pakai Rok Panjang
Regional
Bupati Gunungkidul Ungkap Ada 100-an Siswa Diduga Keracunan MBG, Soroti SPPG Tak Ditutup
Bupati Gunungkidul Ungkap Ada 100-an Siswa Diduga Keracunan MBG, Soroti SPPG Tak Ditutup
Regional
Bonus Makanan Pemberian SPPG Diduga Penyebab Keracunan di Pesantren Sumbawa Barat
Bonus Makanan Pemberian SPPG Diduga Penyebab Keracunan di Pesantren Sumbawa Barat
Regional
Polisi Bunuh dan Perkosa Dosen Perempuan di Jambi, Mobil dan Motor Korban Ditemukan
Polisi Bunuh dan Perkosa Dosen Perempuan di Jambi, Mobil dan Motor Korban Ditemukan
Regional
Kematian Prada Lucky di Barak, Sidang Terus Ungkap Peran Para Atasan
Kematian Prada Lucky di Barak, Sidang Terus Ungkap Peran Para Atasan
Regional
Baru 1 Dapur MBG di Kota Magelang Kantongi SLHS, Dinkes: Yang Lain Hasil Lab Belum Bagus
Baru 1 Dapur MBG di Kota Magelang Kantongi SLHS, Dinkes: Yang Lain Hasil Lab Belum Bagus
Regional
Bunyikan Musik Terlalu Keras, Mertua dan Menantu di Gowa Tewas Ditikam Tetangga
Bunyikan Musik Terlalu Keras, Mertua dan Menantu di Gowa Tewas Ditikam Tetangga
Regional
Polisi Propam Pembunuh dan Pemerkosa Dosen di Jambi 'Ulet' Berkelit Saat Diperiksa
Polisi Propam Pembunuh dan Pemerkosa Dosen di Jambi "Ulet" Berkelit Saat Diperiksa
Regional
Ada Perbaikan Rel Kereta, Jalan Kaligawe Semarang Diberlakukan Buka Tutup 3 Hari
Ada Perbaikan Rel Kereta, Jalan Kaligawe Semarang Diberlakukan Buka Tutup 3 Hari
Regional
Dituduh Selingkuh dan Digugat Cerai, Pria Lampung Bunuh Mantan Istri dengan Sejumlah Tusukan
Dituduh Selingkuh dan Digugat Cerai, Pria Lampung Bunuh Mantan Istri dengan Sejumlah Tusukan
Regional
Raja Surakarta PB XIII Wafat, Keraton Yogyakarta Tiadakan Pentas dan Tak Menabuh Gamelan
Raja Surakarta PB XIII Wafat, Keraton Yogyakarta Tiadakan Pentas dan Tak Menabuh Gamelan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau