Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Saluran Kemih Akibat Diet Salah, Simak Penjelasan Dokter Urologi

Kompas.com - 25/04/2025, 14:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Spesialis Urologi, dr. Eggi Respati, mengungkapkan bahwa pola diet yang tidak tepat, seperti konsumsi makanan tinggi garam dan protein hewani, dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu di saluran kemih.

"Pada beberapa orang, program diet yang salah bisa meningkatkan risiko pembentukan batu di saluran kemih jika tidak dilakukan dengan benar," kata dr. Eggi Respati, seperti ditulis oleh Antara, Jumat (25/4/2025).

Menurutnya, batu saluran kemih terbentuk akibat ketidakseimbangan antara jumlah air dan zat pembentuk batu dalam urine, seperti kalsium, oksalat, asam urat, dan sistin. Ketika zat-zat ini terlalu pekat, mereka akan mengkristal dan membentuk batu.

Baca juga: Kenali Cara Pengobatan Batu Ginjal, Ini Penjelasan Dokter Urologi

Karena itu, dr. Eggi menyarankan agar masyarakat membatasi asupan makanan yang mengandung kadar asam urat dan oksalat tinggi, seperti jeroan, makanan laut, daging merah, dan beberapa jenis kacang-kacangan.

"Batasi juga konsumsi garam harian, dan konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk diet yang tepat," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa batu saluran kemih bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia atau status sosial.

Penyakit ini merupakan kondisi ketika kristal dalam urine menumpuk dan membentuk batu yang dapat ditemukan di ginjal, ureter, kandung kemih, hingga uretra. Ukuran batu bervariasi, mulai dari sebesar butiran pasir hingga sebesar jahe atau kunyit.

Beberapa faktor risiko pembentukan batu di antaranya adalah kurang minum air, riwayat keluarga, infeksi saluran kemih berulang, serta gangguan metabolik tertentu seperti hiperparatiroidisme.

"Beberapa jenis obat dapat meningkatkan risiko pembentukan batu," katanya.

Baca juga: Batu Ginjal Bisa Dicegah, Dokter Urologi Ungkap Penyebab dan Faktor Risikonya

Gejala batu saluran kemih pun bervariasi, tergantung pada ukuran, lokasi, serta organ yang terdampak.

Batu berukuran kecil sering kali tidak menimbulkan gejala dan bisa keluar sendiri melalui urine. Namun, batu yang lebih besar dapat menimbulkan rasa nyeri hebat.

Adapun gejala umum yang sering dialami pasien, meliputi nyeri tajam yang menjalar dari pinggang ke perut bawah, selangkangan, hingga alat kelamin, nyeri saat buang air kecil, urine berdarah, sering buang air kecil, urine keruh atau berbau, serta mual dan muntah.

Seiring kemajuan teknologi medis, pengobatan batu saluran kemih kini tersedia dalam berbagai metode, dari tanpa pembedahan hingga prosedur minimal invasif.

Jenis pengobatan disesuaikan dengan ukuran, lokasi, dan tingkat kekerasan batu, serta kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.

Salah satu prosedur non-invasif yang umum digunakan adalah Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), yaitu teknik pemecahan batu menggunakan gelombang kejut dari luar tubuh.

Prosedur ini berlangsung sekitar 45–60 menit dan umumnya tidak menimbulkan rasa sakit yang berat. Namun, efektivitasnya menurun pada batu berukuran besar atau sangat keras.

Selain itu, terdapat metode Ureterorenoscopy (URS), yakni prosedur minimal invasif menggunakan alat menyerupai teleskop kecil yang disebut ureteroskopi. Alat ini dimasukkan melalui uretra dan diarahkan ke saluran kemih hingga mencapai batu.

"Batu kemudian dapat dipecah menggunakan laser (lithotripsy laser) atau dikeluarkan menggunakan alat khusus seperti keranjang kecil," ujarnya.

Baca juga: Batu Ginjal Bisa Sebabkan Sumbatan dan Kerusakan Ginjal, Ini Kata Dokter

Prosedur URS biasanya dilakukan dengan bius regional atau umum.

Setelah batu berhasil dipecah atau dikeluarkan, dokter dapat memasang stent (tabung kecil) di ureter untuk melancarkan aliran urine dan mencegah penyempitan. Stent ini akan dilepas beberapa hari atau minggu setelah prosedur.

Selama URS berlangsung, digunakan teknologi C-Arm (Fluoroskopi), yaitu perangkat sinar-X yang membantu dokter melihat secara real-time posisi ureteroskopi dan batu di saluran kemih.

C-Arm membantu dokter untuk memandu ureteroskopi dengan lebih akurat menuju batu, memantau proses pemecahan atau pengeluaran batu, dan memastikan tidak ada fragmen batu yang tertinggal.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau