GAZA, KOMPAS.com - Keringat mengucur deras di wajah Tareq Abu Youssef saat menyelesaikan latihan singkat di sebuah tenda sederhana di Al Mawasi, Gaza.
Peralatan seadanya membuat setiap gerakan terasa berat. Tubuhnya pun kini jauh lebih lemah setelah kehilangan hampir seperlima berat badan.
“Berat saya turun dari 72 kg menjadi 58 kg sejak Maret,” kata Abu Youssef (23), seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (21/8/2025).
Baca juga: PBB Resmi Nyatakan Kelaparan di Gaza, Bencana Pertama di Timur Tengah
Ia menyebut penurunan itu terjadi sejak Israel memperketat blokade Gaza, menutup perlintasan perbatasan, dan membatasi masuknya bantuan makanan.
“Kalau makan saja sudah jadi hal langka di Gaza, maka olahraga bagi binaragawan seperti kami adalah cara menjaga kewarasan dan rasa normal,” ujarnya.
Abu Youssef kini hanya mampu berlatih satu hingga dua kali seminggu. Latihan pun hanya berlangsung sekitar 20–30 menit. Kemampuan angkat bebannya juga menurun drastis, dari 90–100 kg menjadi 40 kg.
Fasilitas tersebut dirintis oleh Adly Al Assar (55), mantan juara angkat besi yang pernah meraih enam medali emas kejuaraan Arab 2020–2021.
Al Assar menyelamatkan 10 dari 30 alat latihan yang ia miliki sebelum sasana aslinya di Khan Younis hancur akibat serangan udara.
“Dulu, kami punya lebih dari 200 orang yang berlatih tiap hari. Sekarang tinggal sekitar 10 persen,” kata Al Assar.
Ia mengungkapkan bahwa sebagian besar atlet kehilangan 10–15 kg berat badan, termasuk dirinya sendiri yang kini hanya berbobot 67 kg, turun dari 78 kg.
“Semua berubah di masa paceklik ini. Mereka tak lagi sanggup mengangkat beban seperti dulu,” ujarnya.
Baca juga: Israel Ingin Hapus Palestina: Bangun Pemukiman Tepi Barat, Ambil Alih Gaza
Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan, hampir seluruh penduduk Gaza kini menghadapi kerawanan pangan akut.
Wilayah utara bahkan telah mencapai ambang batas kelaparan, sedangkan distribusi bantuan kerap gagal karena blokade, kerusakan infrastruktur, dan konflik bersenjata.
Organisasi medis internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas menggambarkan situasi ini sebagai bencana buatan manusia.
Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa kelaparan dapat meluas jika tidak ada intervensi darurat.
Ali Al Azraq (20), salah satu pengunjung tetap sasana tenda, juga terdampak berat. Ia kehilangan lebih dari 10 kg berat badan, sebagian besar berupa massa otot.
Kemampuan angkat besinya anjlok, dari 100 kg menjadi 30 kg. Angkatan punggungnya turun dari 150 kg menjadi 60 kg, dan latihan bahu kini hanya 15 kg dari sebelumnya 45 kg.
“Kerugian terbesar terjadi sebulan terakhir. Hampir semua makanan bergizi hilang dari Gaza,” ujar Ali.
Ia mengungkapkan, hanya bisa bertahan hidup dari roti, nasi, atau pasta dalam jumlah kecil. Sumber protein seperti daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan nyaris tak terlihat.
Ali, yang sempat bercita-cita mengikuti kejuaraan panco tingkat nasional dan internasional, kini terpaksa menunda mimpinya.
“Kelaparan ini yang paling parah yang pernah kami alami. Atlet seperti kami butuh gizi khusus, bukan hanya makanan seadanya,” ucapnya.
Baca juga: Demo Israel: Ribuan Warga Tolak Perang Gaza, Netanyahu Dicemooh
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini