JAKARTA, KOMPAS.com - Belasan bangunan liar di Bantaran Kali Gendong RT 20, RW 17, Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, dinilai membuat saluran air di sekitarnya tak lancar.
"Selokan kalau hujan, airnya mampet di pinggiran atau pembatas jalan, jadi enggak langsung masuk ke kali karena airnya tertahan," ucap Ketua RT 20, RW 17, Henri Kurniawan (48) saat diwawancarai di lokasi, Rabu (3/9/2025).
Henri mengatakan, ketika sudah tergenang, maka air tersebut tak akan mengalir ke kali.
Baca juga: Bangunan Liar di Bantaran Kali Gendong Disewakan Oknum Warga, Tarif Capai Rp1 Juta
Biasanya, air tersebut akan hilang dan kering sendiri jika terkena panas.
"Paling hilangnya karena panas dan kering, untungnya cuma genang dan enggak banjir," tutur Henri.
Henri berharap, agar belasan bangunan liar di bantaran Kali Gendong tersebut segera ditertibkan.
Ia juga ingin agar lahan itu bisa digunakan sebagai ruang terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan warga sekitar.
Untuk diketahui, ada sekitar 13 bangunan liar yang berdiri di sepanjang 800 meter bantaran Kali Gendong.
Dulu, bantaran Kali Gendong sudah ditertibkan dari bangunan liar oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ketika menjabat sebagai Gubernur Jakarta.
Baca juga: RT Akui Sudah 3 Kali Sosialisasi, Bangunan Liar di Kali Gendong Tetap Menjamur
Rencananya lahan itu akan dijadikan ruang terbuka hijau. Namun, belum sempat terealisasi, Ahok justru sudah tidak menjadi gubernur.
Kemudian, selanjutnya di era kepemimpinan Anies Baswedan, lahan itu justru dijadikan sebagai tempat relokasi para pedagang tanaman hias yang terdampak pembangunan Jakarta International Stadium (JIS).
Awalnya, hanya ada 10 toko semi permanen yang dihuni oleh pedagang tanaman hias.
Namun, seiring berjalannya waktu, para pedagang tanaman hias justru meninggalkan tokonya karena tak laku dan akses air yang sulit.
Baca juga: Bangunan Liar di Bantaran Kali Gendong Diduga Diperjualbelikan, Jumlahnya Terus Bertambah
Alhasil, sebagian pedagang tanaman hias menjual atau menyewakan kembali toko semi permanen itu ke pedagang lain.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini