JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas memastikan lokasi lima pegawai yang terjebak longsor di tambang Grasberg Block Cave (GBC), Mimika, Papua Tengah sudah terdeteksi.
Namun tim penyelamat masih belum bisa menjangkau titik tersebut karena tertutup material longsor dengan volume sekitar 700.000 ton.
"Lima masih belum dapat kami capai. Lokasi kami sudah ketahui keberadaannya di sekitar mana, tapi belum bisa kami capai karena jumlah material basah itu yang luar biasa besar," kata Tony di Jakarta, Kamis (2/10/2025).
Baca juga: Bos Freeport Tegaskan Produksi Katoda dan Emas Tetap Sesuai Target Meski Ada Longsor
Ia menjelaskan tim berusaha menembus material longsor sedikit demi sedikit.
"Kami masih (berusaha), kadang-kadang maju 20 meter kemudian dia (lima karyawan) turun lagi. Jadi mundur dalam satu hari. Tapi Alhamdulillah sudah bergerak lebih maju lagi, sekarang tinggal sekitar 80 meter lagi untuk mencapai lokasi yang kami duga mereka berada di situ," ujarnya.
Tony mengakui volume longsoran membuat penyelamatan sangat sulit. Namun ia berharap dalam empat hingga lima hari ke depan tim sudah bisa mencapai titik pekerja yang masih terjebak.
Longsor material di tambang bawah tanah GBC terjadi pada 8 September 2025.
Sebanyak tujuh pekerja menjadi korban, dua di antaranya ditemukan meninggal pada 20 September, sementara lima lainnya masih dalam pencarian.
Baca juga: Kata Bos Freeport Soal Divestasi Saham 12 Persen untuk RI
Tony menyebut longsor tersebut membuat produksi Freeport berhenti total sejak 8 September 2025.
"Kita evakuasi dan kita stop semuanya. Kan di dalam tambang itu ada banyak orang, ribuan orang. Semua kan terevakuasi kecuali yang 7 orang yang terperangkap," ujarnya.
Ia menegaskan perusahaan kini fokus pada upaya penyelamatan, bukan pada hitungan kerugian.
"Dan produksi berhenti dari tanggal 8 September sampai dengan hari ini masih berhenti. Kita jadi fokus untuk melakukan penyelamatan dari kelima orang yang masih terperangkap di dalam," kata Tony.
Berbagai alat berat diturunkan, termasuk wheel loader. Tim juga membangun ventilasi buatan, memasang pipa elastis untuk aliran udara, dan menggunakan teknologi pemantauan jarak jauh.
Saat ditanya biaya perbaikan tambang, Tony belum memberi keterangan. "Kami fokusnya masih kepada untuk menemukan mereka dulu. Jadi fokus kami untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi dari yang masih terperangkap di dalam," ucapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang