Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Diprediksi Tumbuh, tapi Anak Muda Indonesia Tetap Sulit Dapat Kerja

Kompas.com - 09/10/2025, 12:56 WIB
Aprillia Ika

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com – Ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh stabil, namun kesempatan kerja bagi anak muda masih terbatas. Dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2025, Bank Dunia mencatat satu dari tujuh anak muda di Indonesia dan China belum memiliki pekerjaan.

“Masalahnya adalah kaum muda kesulitan mencari pekerjaan, terutama di negara-negara seperti China dan Indonesia, satu dari tujuh orang tidak memiliki pekerjaan,” ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, dalam taklimat media di Jakarta, Selasa (7/10/2025), dikutip dari Antara.

Bank Dunia menilai, meski sebagian besar negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik memiliki tingkat ketenagakerjaan tinggi, kondisi itu belum menjamin kemudahan bagi generasi muda untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Partisipasi angkatan kerja disebut masih rendah, terutama di kalangan perempuan.

Laporan tersebut juga menyoroti rendahnya produktivitas tenaga kerja di kawasan. Banyak negara besar di Asia Timur dan Pasifik memiliki tingkat ketenagakerjaan di atas rata-rata global, tetapi produktivitasnya masih tertinggal. Akibatnya, upah dan kualitas hidup pekerja juga lebih rendah.

Baca juga: Saran Kemenaker Buat Gen Z yang Cari Kerja

Bank Dunia menilai, peningkatan produktivitas menjadi kebutuhan mendesak bagi seluruh negara di kawasan. “Produktivitas yang lebih tinggi berarti upah yang lebih baik dan pekerjaan yang lebih berkualitas,” kata Mattoo.

Dalam laporan yang sama, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dan 2026 sebesar 4,8 persen. Angka itu sedikit lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya, yakni 4,7 persen untuk tahun ini.

Namun, lembaga tersebut menilai fokus kebijakan ekonomi Indonesia seharusnya diarahkan pada efisiensi dan prioritas belanja pemerintah, bukan sekadar mengecilkan defisit.

“Di Indonesia, permasalahannya lebih pada arah pengeluaran pemerintah daripada besarnya defisit yang diperkirakan tetap berada dalam aturan fiskal negara. Fokus saat ini adalah subsidi untuk sektor pangan, transportasi dan energi, serta investasi untuk mendorong permintaan agregat,” tulis laporan itu.

Baca juga: Melawan Kutukan Sulit Cari Kerja

Bank Dunia menekankan pentingnya reformasi untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih produktif melalui tiga pilar utama.

Pertama, peningkatan kapasitas manusia lewat layanan pendidikan, kesehatan, dan pelatihan keterampilan berbasis teknologi baru.

Kedua, memperluas peluang ekonomi melalui investasi di sektor infrastruktur, energi, transportasi, dan digital.

Ketiga, memperkuat koordinasi kebijakan agar peningkatan kapasitas manusia dan peluang ekonomi berjalan seiring.

Dalam laporan tersebut, Bank Dunia juga mengidentifikasi lima sektor yang memiliki potensi besar dalam penciptaan lapangan kerja sekaligus memperkuat ketahanan terhadap guncangan global, yaitu agribisnis, kesehatan, infrastruktur dan energi, manufaktur, serta pariwisata.

Baca juga: Cari Kerja di Indonesia Ada Batasan Umur, Ini Tanggapan Pengusaha

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Ekbis
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Energi
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
Ekbis
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Ekbis
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau