Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghasilan Warga RI Turun Drastis saat Pensiun, Hanya 10-15 Persen dari Gaji

Kompas.com - 24/10/2025, 09:32 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Masa pensiun masyarakat Indonesia dinilai masih rentan. Sebab, sebagian besar pekerja belum memiliki jaminan pendapatan yang memadai ketika tak lagi produktif.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, menyebut replacement ratio atau rasio pendapatan saat pensiun di Indonesia hanya sekitar 10–15 persen. 

Angka tersebut jauh di bawah standar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) yang menetapkan batas minimum 40 persen.

Baca juga: 3 Mantan Presiden RI yang Dapat Rumah Setelah Pensiun, Siapa Saja?

Sebagai ilustrasi, jika seseorang bergaji Rp 10 juta per bulan sebelum pensiun, seharusnya ia masih menerima manfaat dana pensiun minimal Rp 4 juta per bulan.

“Artinya, sebagian besar masyarakat Indonesia belum memiliki jaminan pendapatan yang memadai setelah usia pensiun,” ujar Ogi dalam Indonesia Pension Fund Summit (IPFS) di Hotel Tentrem, Tangerang Selatan, Kamis (23/10/2025) dikutip dari Kompas.com.

Aset Pensiun Indonesia Masih Tertinggal

Ogi menjelaskan, aset dana pensiun nasional baru mencapai Rp1.509,9 triliun pada 2024 atau sekitar 6,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Targetnya, porsi itu meningkat menjadi 8 persen dari PDB pada 2025.

Namun, angka tersebut masih tertinggal jauh dibanding negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Sebagai perbandingan, aset dana pensiun Malaysia mencapai 60 persen terhadap PDB.

Baca juga: Rumah Pensiun Jokowi di Colomadu Hampir Jadi, Luas 12.000 Meter Persegi, Harga Tanah Tembus Rp 10 Juta

Kondisi ini sejalan dengan rendahnya tingkat kepesertaan program pensiun wajib di Indonesia. Hingga 2024, peserta program baru mencapai 23,6 juta pekerja dari total 144,6 juta angkatan kerja.

“Masih banyak yang harus ditingkatkan untuk pendalaman pasar di sektor dana pensiun,” ujar Ogi.

Ia menilai, perlu kolaborasi lintas lembaga untuk membangun sistem pensiun yang inklusif dan berkelanjutan.

“Dari seluruh upaya reformasi yang kita jalankan, satu hal yang menjadi kunci keberhasilan adalah kolaborasi. Kolaborasi dilakukan secara strategis dari berbagai para stakeholders,” kata Ogi.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pemerintah menargetkan rasio aset dana pensiun terhadap PDB meningkat menjadi 11,2 persen pada 2029 dan 20,4 persen pada 2045.

Baca juga: Belajar dari Hong Kong, IFG Dorong Asuransi dan Dana Pensiun di RI Lebih Efisien

Jumlah Aset Meningkat, Tapi Cakupan Masih Terbatas

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menambahkan, total aset dana pensiun hingga Agustus 2025 telah mencapai Rp1.593 triliun atau 7,2 persen dari PDB 2024.

“Jumlah peserta mencapai 29 juta orang dan jumlah entitas ada 188, dengan tiga di antaranya program pensiun wajib, sisanya bersifat sukarela,” kata Mahendra dalam acara yang sama.

Menurutnya, tren pertumbuhan peserta menunjukkan potensi besar dalam memperluas perlindungan sosial dan mendorong inklusi keuangan.

Halaman:


Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau