Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Siapkan 240.000 Hektar Lahan untuk Produksi Bioetanol, Jatim dan Merauke Jadi Fokus

Kompas.com - 30/10/2025, 16:21 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah memulai langkah serius untuk meningkatkan produksi mandiri energi baru dan terbarukan (EBT) melalui bioetanol. Upaya ini diharapkan dapat mendukung ketahanan energi nasional sekaligus membuka peluang pengembangan industri berbasis bahan baku lokal.

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid menyebut, saat ini ada lahan siap pakai seluas 240.000 hektar yang tersebar di 18 provinsi. Lahan ini dianggap potensial untuk pengembangan tanaman penghasil bahan baku bioetanol, seperti tebu dan sagu.

"Mencar-mencar ada di beberapa provinsi, sementara memang kita lagi ada lahan sekitar baru 240.000 hektar yang available," ujar Nusron dilansir Kontan.co.id, Kamis (30/10/2025).

Baca juga: Pemerintah Kaji Sagu Jadi Bahan Baku Etanol

Menurut Nusron, luasan lahan potensial ini bisa terus bertambah. Kementerian ATR/BPN tengah berupaya memetakan dan mencari lahan tambahan untuk mencapai target hingga 1 juta hektar.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyoroti dua wilayah paling potensial untuk pembangunan pabrik bioetanol, yakni Merauke di Papua dan Jawa Timur (Jatim). Kedua daerah ini memiliki pasokan bahan baku melimpah.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menjelaskan bahwa kapasitas pengembangan pabrik etanol sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku.

"Yang paling potensial sekarang, yang ada sekarang itu kan yang paling banyak itu di Jawa Timur. Karena molasenya ada di sana," kata Putu saat ditemui di gedung Kemenperin, Jakarta Selatan, Rabu (29/10/2025).

Baca juga: Rencana Bensin Dicampur 10 Persen Etanol, Menteri ESDM Bahlil: Ini Energi yang Bersih

Pemerintah juga meninjau pengembangan etanol berbasis sagu, yang banyak ditemukan di kawasan timur Indonesia. Wilayah seperti Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera dinilai berpotensi menjadi sentra produksi baru.

"Kalau nanti kita berbasis umpamanya sagu, ini yang sedang dikaji dengan BRIN, kita coba ini kan, ya nanti di beberapa tempat, kayak umpamanya di Papua, Maluku, Sulawesi, sampai Kalimantan, sampai Sumatera ini bagus untuk etanol yang berbasis," ujarnya.

Selain itu, rencana pembangunan pabrik etanol milik PTPN III (Persero) di Jawa Timur mendapat perhatian dari Kemenperin. Putu menegaskan koordinasi lintas kementerian akan terus dilakukan agar pengembangan industri etanol berbasis tebu sejalan dengan program swasembada gula nasional.

Baca juga: Kemenperin Klaim Sagu dan Singkong Jadi Bahan Baku Etanol Paling Murah

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS Pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 12.000, Jadi Rp 2,27 Juta per Gram
Ekbis
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Kenalin Bobibos, BBM Nabati yang Diklaim Ramah Lingkungan
Energi
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
PKH November 2025 Sudah Cair, Begini Cara Cek Penerimanya
Ekbis
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Di Bawah Kepemimpinan Hendrik Komandangi, Bank Saqu Jadi Mitra Pertumbuhan Korporasi
Ekbis
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Daftar Tarif Listrik Terbaru Mulai Oktober 2025, Harga per KWH untuk Semua Golongan
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau