KOMPAS.com – Di tengah transformasi digital yang semakin pesat, peran dompet konvensional kian tergeser. Bagi generasi muda, ponsel dengan aplikasi e-wallet kini menjadi “dompet utama” untuk bertransaksi, bahkan mulai dilirik sebagai tempat menabung.
Survei terbaru dari Research & Analytics KG Media bertajuk “Survei Perubahan Preferensi Menabung dan Pembayaran Digital” yang diumumkan pada Oktober 2025 mengungkap bahwa 81 persen responden Gen Z berminat membuka tabungan di e-wallet. Jumlah tersebut sedikit lebih besar jika dibandingkan responden milenial (80 persen).
Menariknya, kedua generasi ini menaruh kepercayaan terhadap keamanan tabungan digital. Sebanyak 52 persen milenial dan 49 persen Gen Z menilai menabung di e-wallet sama amannya dengan menabung di bank konvensional.
Baca juga: Cara Isi OVO Lewat m Banking BCA Cepat Antiribet
Ketertarikan Gen Z dan milenial terhadap fitur tabungan di e-wallet didorong oleh sejumlah faktor. Faktor pertama, fitur tabungan e-wallet merupakan hasil kerja sama dengan bank dengan layanan digital yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) serta merupakan peserta penjaminan LPS.
Faktor itu menjadi prioritas utama pertimbangan Gen Z dan milenial dalam membuka tabungan di e-wallet dengan skor 4,65 dari 5. Disusul kemudahan pencairan dana kapan pun (4,60), proses pendaftaran yang mudah (4,44), tanpa saldo minimum (4,36), dan tanpa biaya administrasi bulanan (4,36).
Saat ini, sebanyak 77 persen responden mengatakan sudah mengetahui fitur menabung di e-wallet, tetapi belum pernah menggunakannya. Sementara itu, hanya 6 persen responden yang tidak tahu sama sekali.
Baca juga: Kolaborasi OVO dan Superbank, Menabung Digital Makin Mudah Tanpa Biaya Admin
Kemudian, sebanyak 20 persen responden sudah memilih e-wallet sebagai tempat menabung, 13 persen memilih bank digital, dan hanya 4 persen responden yang masih menyimpan uang dalam bentuk tunai.
Tren minat menabung di e-wallet juga muncul di tengah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 4,75 persen pada September 2025, level terendah sejak 2022. Kondisi ini membuat imbal hasil tabungan konvensional menurun sehingga mendorong generasi muda mencari alternatif yang lebih fleksibel dan kompetitif.
Dari hasil survei, 47 persen responden menilai bunga tabungan di bank konvensional terlalu kecil, sementara 44 persen menganggap biaya administrasi bulanan turut membebani. Selain itu, 37 persen responden lainnya merasa kebijakan saldo minimal di bank konvensional juga memberatkan.
Peluang e-wallet untuk menjadi alternatif tabungan semakin besar lantaran sebanyak 49 responden mengaku menggunakan e-wallet setiap hari, baik untuk berbelanja online maupun melakukan transaksi di merchant offline.
Kepopuleran e-wallet tak terlepas dari tren pemanfaatan QRIS sebagai metode pembayaran yang mudah dan praktis.
Menurut survei KG Media terhadap 300 milenial dan Gen Z di kota-kota besar Indonesia tersebut, 63 persen responden memilih menggunakan QRIS, baik melalui aplikasi bank ataupun e-wallet, saat melakukan pembayaran offline. Hal ini menunjukkan bahwa QRIS menjadi metode pembayaran paling populer untuk transaksi tatap muka.
Baca juga: OVO Ajak Masyarakat Lapor Judi Online lewat Gebuk Judol
Adapun saldo e-wallet langsung (tanpa QRIS) menjadi metode dominan untuk transaksi online dengan 59 persen responden. Hal ini menunjukkan kemudahan dan kecepatan menjadi faktor penting dalam pembayaran digital.
Kemudian, sebanyak 52 persen responden menggunakan QRIS setiap hari dan 25 persen responden menggunakannya 3–6 kali dalam seminggu.
Dari sisi platform, e-wallet juga menjadi pilihan dominan sebagai sumber dana QRIS (52 persen), diikuti oleh bank konvensional (37 persen), dan bank digital (10 persen). Menariknya, laki-laki lebih banyak menggunakan e-wallet (60 persen), sedangkan perempuan cenderung lebih sering menggunakan bank konvensional (44 persen).