KOMPAS.com-Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), kembali memangkas suku bunga acuan.
Langkah ini diambil di tengah kekhawatiran melemahnya pasar tenaga kerja dan perlambatan ekonomi.
Dalam pengumuman pada Rabu waktu setempat, The Fed menurunkan suku bunga pinjaman utama sebesar 0,25 poin persentase ke kisaran 3,75–4 persen. Ini menjadi pemangkasan kedua sejak Desember tahun lalu.
“Pasar tenaga kerja kini kurang dinamis dan agak lebih lemah dibandingkan awal tahun ini,” kata Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, Kamis (30/10/2025), seperti dilansir BBC.
Ia menilai penurunan imigrasi ikut memperlambat perekrutan tenaga kerja.
Baca juga: Pasar Emas Melemah Usai Komentar Powell, Meski The Fed Turunkan Suku Bunga
Powell menegaskan pelemahan pasar tenaga kerja belum memburuk. Namun, penutupan sebagian lembaga pemerintah selama hampir sebulan membuat data ketenagakerjaan terbaru tertunda.
Ia mengakui The Fed “tidak memiliki banyak informasi” terkini untuk dasar kebijakan.
Data dari perusahaan penggajian ADP memperlihatkan perekonomian AS kehilangan sekitar 32.000 lapangan kerja pada September. Angka ini memperkuat sinyal pelemahan pasar tenaga kerja.
Inflasi tetap di atas target 2 persen, tetapi tekanannya mulai berkurang. Inflasi tahunan September tercatat 3 persen, sedikit lebih rendah dari perkiraan.
Kondisi ini memberi ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Inflasi yang terlepas dari dampak tarif sebenarnya tidak terlalu jauh dari target 2 persen kami,” ujar Powell.
Ia berharap dampak tarif impor terhadap harga hanya bersifat sementara.
Sebelumnya, kekhawatiran terhadap lonjakan harga meningkat setelah Presiden Donald Trump mendorong tarif besar terhadap sejumlah mitra dagang utama.
Baca juga: The Fed Tak Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga Lanjutan, Wall Street Ditutup Bervariasi
Keputusan pemangkasan suku bunga tidak diambil bulat. Dua anggota komite menolak. Stephen Miran mendorong pemangkasan lebih besar, sebesar 0,5 poin persentase. Sementara Presiden Federal Reserve Bank Kansas City Jeffrey Schmid ingin mempertahankan suku bunga.
Langkah ini menurunkan suku bunga ke level terendah dalam tiga tahun. Harapannya, biaya pinjaman di AS bisa lebih rendah. Meski begitu, sejumlah ekonom menilai arah kebijakan berikutnya masih belum jelas.
“Pergerakan ke depan menjadi lebih kontroversial,” kata Michael Pearce, Wakil Kepala Ekonom AS di Oxford Economics. Ia memperkirakan laju pemangkasan akan melambat setelah ini.