Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Kebaya Nasional: Simbol Cinta Budaya dan Peran Perempuan dalam Sejarah Bangsa

Kompas.com - 24/07/2025, 09:45 WIB
Maya Citra Rosa

Editor

KOMPAS.com — Setiap tanggal 24 Juli, Indonesia memperingati Hari Kebaya Nasional.

Peringatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan bentuk nyata komitmen negara dalam merawat warisan budaya yang telah mengakar kuat di tengah masyarakat.

Penetapan Hari Kebaya Nasional dituangkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023.

Dilansir dari Antara, meski baru ditetapkan dua tahun lalu dan bukan hari libur nasional, antusiasme masyarakat terus tumbuh. Tak hanya para pecinta budaya, generasi muda pun kini mulai bangga mengenakan kebaya, yang tampil semakin modern dan relevan di berbagai kesempatan.

Kebaya tak lagi dianggap ketinggalan zaman. Lewat berbagai inovasi dan gaya kekinian, busana tradisional ini justru hadir sebagai simbol inklusivitas dan kecintaan pada identitas nasional.

Jejak Sejarah Penetapan Hari Kebaya Nasional

Peringatan ini memiliki akar sejarah panjang yang bermula dari Kongres Wanita Indonesia (KWI) ke-10 pada 1964. Dalam peristiwa tersebut, seluruh peserta mengenakan kebaya sebagai penghormatan kepada Ibu Negara Fatmawati Soekarno yang dikenal anggun dan khas dengan kebayanya.

Baca juga: Ibu Wapres Selvi Ananda Tampil Anggun dengan Kebaya dan Songket di HUT Bhayangkara ke-79

Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, yang hadir dalam acara itu, menyampaikan pernyataan penting, "revolusi Indonesia tidak dapat berjalan tanpa peran perempuan." Momen bersejarah inilah yang menjadi dasar penetapan 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2023.

Sebagai tindak lanjut Keppres tersebut, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) di bawah kepemimpinan Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo menginisiasi peringatan pertama Hari Kebaya Nasional pada 24 Juli 2024 di Istora Senayan, Jakarta. Acara itu mengangkat tema “Lestarikan Kebaya, dengan Bangga Berkebaya” dan dihadiri 9.250 perempuan dari berbagai penjuru Tanah Air.

Beragam kebaya daerah yang dikenakan para peserta mencerminkan kekayaan budaya Indonesia dan semangat kebangsaan. Acara tersebut juga turut dihadiri Presiden Joko Widodo, Ibu Negara Iriana Joko Widodo, para menteri, duta besar, hingga tokoh-tokoh perempuan nasional.

Diakui Dunia: Kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda

Kebaya kini tak hanya diakui secara nasional, tapi juga telah mendapat pengakuan internasional dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda. Keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama lima negara Asia Tenggara—Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Baca juga: Hanifa Fadhila Pramono Kenakan Kebaya Fuchsia dan Oranye Saat Siraman Jelang Pernikahan

Lebih dari sekadar pakaian tradisional, kebaya menjadi representasi identitas perempuan Indonesia dan simbol cinta tanah air. Dalam kehidupan sehari-hari, kampanye “Selasa Berkebaya” menjadi gerakan nyata untuk menghidupkan kembali tradisi mengenakan kebaya.

Arti Penting Hari Kebaya Nasional

Peringatan Hari Kebaya Nasional membawa pesan besar bagi masyarakat. Tujuan utamanya bukan hanya untuk mengenang sejarah, tetapi juga mendorong pelestarian budaya dan kebangkitan ekonomi kreatif. Adapun makna yang terkandung di dalamnya antara lain:

  • Meningkatkan kesadaran budaya – Mengingatkan bahwa kebaya adalah bagian penting dari identitas bangsa yang harus dijaga dan dibanggakan.
  • Mendorong pelestarian budaya – Memberi ruang kepada masyarakat untuk terus mengenakan dan merawat kebaya.
  • Menumbuhkan semangat nasionalisme – Kebaya sebagai simbol cinta Tanah Air dan keberagaman dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
  • Mendukung ekonomi kreatif – Peningkatan minat terhadap kebaya turut menggerakkan sektor usaha kecil dan menengah, khususnya di bidang fesyen tradisional.

Kebaya sendiri telah dikenal sejak abad ke-15 hingga ke-16. Kata “kebaya” diyakini berasal dari beberapa pengaruh bahasa, mulai dari Bahasa Arab “kaba” yang berarti pakaian, Portugis “caba” atau “cabaya” yang berarti tunik, hingga pengaruh budaya Tiongkok.

Baca juga: Rekomendasi Kebaya Wisuda untuk Inspirasi, Harga Rp 130.000-an

Perjalanan kebaya dari masa ke masa menunjukkan kemampuannya beradaptasi. Dari busana adat dalam upacara tradisional, kini kebaya telah berevolusi menjadi bagian dari gaya hidup modern yang tetap menjaga nilai-nilai budaya.

Hari Kebaya Nasional sejatinya adalah ajakan untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur budaya bangsa. Lewat kebaya, kita tidak hanya mengenang sejarah, tapi juga merayakan peran perempuan, memperkuat rasa persatuan, dan menjaga keberagaman.

Dengan semangat kebaya, Indonesia tak sekadar mengenakan busana tradisional, melainkan merawat jati diri bangsa di tengah dunia yang terus berubah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Jawa Tengah
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Jawa Barat
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Jawa Barat
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
Banten
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Sumatera Utara
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Jawa Timur
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
Sumatera Selatan
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Jawa Barat
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Jawa Barat
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Sulawesi Selatan
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Kalimantan Barat
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Jawa Tengah
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Jawa Tengah
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
Banten
Setelah Jokowi, Budi Arie Yakin Projo Mampu Antar Prabowo Jadi Presiden Dua Periode
Setelah Jokowi, Budi Arie Yakin Projo Mampu Antar Prabowo Jadi Presiden Dua Periode
Jawa Tengah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau