Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Amoeba Pemakan Otak di India Melonjak, Sudah Tewaskan 19 Warga

Kompas.com - 19/09/2025, 10:30 WIB
Muhammad Iqbal Amar,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Otoritas kesehatan di Kerala, India Selatan, tengah menghadapi ancaman serius berupa lonjakan infeksi otak langka yang dikenal sebagai Meningoensefalitis Amoeba Primer (PAM).

Penyakit mematikan ini disebabkan oleh Naegleria fowleri, yakni amoeba yang kerap dijuluki “pemakan otak.”

Menurut laporan Independent, Kamis (18/9/2025), sejak awal tahun sudah tercatat sedikitnya 70 kasus dengan 19 kematian, termasuk sembilan pasien yang meninggal hanya dalam sebulan terakhir.

Korban berasal dari berbagai usia, mulai bayi tiga bulan hingga perempuan paruh baya berusia 52 tahun.

Sebagian besar pasien dirawat di rumah sakit di distrik Kozhikode sejak pertengahan Agustus, namun nyawanya tak tertolong.

Baca juga: Amoeba Pemakan Otak Ditemukan di Texas, AS, Ini Penjelasan Ahli LIPI

Pola penyebaran berubah

Menteri Kesehatan Kerala, Veena George, menyebut situasi ini sebagai tantangan kesehatan masyarakat yang mendesak.

Jika sebelumnya kasus PAM terkonsentrasi dalam klaster di wilayah tertentu, kini penyebarannya sporadis tanpa kaitan dengan satu sumber air.

“Tidak seperti tahun lalu, kami tidak menemukan klaster dari satu sumber air. Kasus kali ini muncul terisolasi, dan hal ini menyulitkan investigasi epidemiologi,” ujarnya.

Naegleria fowleri umumnya berkembang di perairan tawar yang hangat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran penularan bisa terjadi di lebih banyak lokasi rekreasi air.

Meski demikian, pemerintah Kerala menegaskan situasi ini belum bisa disebut epidemi.

“Diagnosis dini sangat penting. Justru dengan meningkatnya deteksi, lebih banyak kasus kini teridentifikasi sebagai PAM, bukan ensefalitis umum,” kata Veena.

Baca juga: Temuan Kasus Amoeba Pemakan Otak di Sejumlah Negara, Apa yang Dialami Pengidap Sebelum Tewas?

Lonjakan kasus Amoeba pemakan otak jadi sorotan

Naegleria fowleriWikimedia Commons Naegleria fowleri

Penyakit langka dengan angka kematian 97 persen

Secara global, PAM termasuk penyakit langka dengan tingkat kematian hampir 97 persen. Di Amerika Serikat, hanya empat dari 167 kasus sejak 1962 yang berhasil selamat.

India sendiri pertama kali mencatat infeksi PAM pada 1971. Dalam kurun 2016–2022 hanya ada delapan kasus, namun jumlahnya melonjak menjadi 36 kasus dengan sembilan kematian pada 2023.

Tahun 2024 menandai tonggak penting: seorang gadis lima tahun meninggal, tetapi seorang remaja 14 tahun dari Kozhikode berhasil bertahan hidup. Ia menjadi pasien pertama di India sekaligus satu dari 11 penyintas di dunia.

“Kasus memang meningkat, tetapi angka kematian menurun. Pengujian agresif dan diagnosis dini telah meningkatkan harapan hidup, strategi unik yang dikembangkan Kerala,” jelas Aravind Reghukumar, pakar penyakit menular dari Medical College and Hospital, Thiruvananthapuram.

Ahli lain, TS Anish dari Kerala One Health, menambahkan bahwa perubahan iklim ikut berperan besar. Suhu air yang lebih hangat di negara bagian pesisir ini membuat amoeba berkembang lebih cepat.

Baca juga: Pengertian Amoeba, Ciri-ciri, dan Klasifikasinya

Gejala dan cara mengobati

Dilansir dari NDTV, Rabu (17/9/2025), Naegleria fowleri masuk ke tubuh manusia melalui rongga hidung saat berenang, menyelam, atau mandi di air tawar hangat yang terkontaminasi.

Dari sana, amoeba menembus jalur saraf penciuman menuju otak. Menariknya, menelan air terkontaminasi tidak menyebabkan infeksi.

Gejala awal PAM mirip meningitis bakteri: sakit kepala, demam, mual, dan muntah. Namun, perkembangan penyakit sangat cepat.

Dalam hitungan jam, infeksi bisa memicu pembengkakan otak yang berujung fatal.

Karena itulah, sebagian besar pasien baru terdiagnosis ketika kondisinya sudah parah.

Hanya mereka yang mendapatkan deteksi dini dan segera diberi koktail obat antimikroba yang memiliki peluang bertahan hidup.

Pemerintah Kerala kini memperluas kapasitas laboratorium mikrobiologi di seluruh distrik untuk mendukung pengujian cepat.

Masyarakat diminta segera mencari pertolongan medis bila mengalami gejala mirip meningitis setelah kontak dengan air tawar tergenang.

Dengan langkah agresif ini, pemerintah berharap bisa menekan angka kematian dari penyakit yang selama ini hampir selalu berujung tragis.

Baca juga: Amoeba Pemakan Otak, Mungkinkah Jadi Pandemi dan Masuk ke Indonesia?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
Tren
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
Tren
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Tren
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau