BANYUMAS, KOMPAS.com - Di sebuah sudut Jalan Wadas Kelir, Purwokerto Selatan, berdiri sebuah oase literasi yang hangat bernama Rumah Kreatif Wadas Kelir (RKWK).
Lebih dari sekadar Taman Bacaan Masyarakat (TBM), tempat ini telah menjelma menjadi rahim yang melahirkan mimpi bagi anak-anak di pinggiran Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Di balik rak-rak buku sederhananya, mereka tidak hanya menemukan dunia baru lewat kata-kata, tetapi juga sahabat, kepercayaan diri, dan keberanian untuk mengubah takdir.
Sejak didirikan pada 7 Agustus 2013, RKWK telah melebarkan sayapnya menjadi pusat kegiatan sastra, seni, budaya, PAUD, hingga Pendidikan Paket B dan C.
Semua ini berawal dari niat sederhana seorang ayah. Heru Kurniawan, pendiri RKWK yang akrab disapa Pak Guru, mengenang kembali masa-masa awalnya sebagai pendatang di lingkungan itu.
Baca juga: Siska Yuliana, Guru Honorer yang Rela Sisihkan Rejeki Demi Tingkatkan Literasi Anak di Desa
Pria kelahiran Brebes, 22 Maret 1982 ini hanya ingin anak-anaknya yang masih kecil memiliki teman bermain.
Strateginya pun unik dan jujur.
"Bagaimana agar anak saya bisa berteman dengan anak-anak sini, saya ajakin mereka dengan pendekatan konsumtif, traktir makan, traktir ini-itu, anak-anak kan sukanya begitu," kenang Heru saat ditemui akhir pekan lalu.
Sebagai seorang kolektor buku, Heru tak ragu meminjamkan harta karunnya kepada anak-anak yang mulai sering berkumpul di rumahnya. Awalnya, tak ada niat mendirikan TBM.
"Karena saya punya buku banyak ngapain disimpen, silakan dipinjam, tiap mereka datang bawa. Jumlahnya kurang lebih ada 30 anak," ujar Heru.
Dorongan justru datang dari anak-anak itu sendiri. Mereka meminta sebuah ruang khusus untuk membaca. Heru pun menyulap sebuah ruangan di samping rumahnya menjadi TBM sederhana dan mulai mengajar tiga kali sepekan. Gerakan kecil ini mulai membuahkan hasil yang tak terduga.
"Mereka terus bertumbuh, ketika SD saya challenge ikut lomba tingkat nasional, kirim puisi ke Kompas dan ternyata dimuat. Dari situ kami mulai dikenal, saya kliping satu-satu," kata Heru dengan mata berbinar.
Rumah Kreatif Wadas Kelir (RKWK), Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah tampak depan.Baca juga: Perjuangan Pustakawan, Rela Jauh dari Keluarga Demi Tingkatkan Literasi Anak di Bangkalan
Perkembangan positif anak-anak asuhnya memicu reaksi masyarakat. Momentum itu menjadi titik balik bagi RKWK. Heru mengenang saat beberapa orangtua memanggilnya, seolah hendak mengadilinya.
"Beberapa orangtua anak memanggil saya, saya 'disidang', mereka cuma mau bilang 'kalau ada kegiatan apa-apa saya diikutkan'," ujar Heru sambil tersenyum.
Dukungan mengalir deras. Seorang warga bahkan menyewakan tanahnya dengan harga sangat murah, yang kini menjadi pusat kegiatan RKWK.
Di lokasi itu terdapat TBM, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan Komunitas Sastra. Berbagai penghargaan tingkat nasional juga pernah diaraih RKWK.
Seiring bertambahnya kegiatan, Heru, yang juga seorang dosen di UIN SAIZU Purwokerto, mulai kewalahan.
"Saya merasa capek, kemudian saya ajakin mahasiswa, awalnya mahasiswa sendiri, lama-lama banyak yang ingin ikut," tuturnya.
Kini, sekitar 50 relawan—sekitar 40 merupakan mahasiswa dan sisanya remaja lokal—menjadi tulang punggung RKWK.
Seiring dengan perkembangan RKWW, ini juga membawa dampak ekonomi tak terduga bagi warga. Lokasi yang dulu sepi kini ramai oleh rumah kos.
"Saya kalau di luar kelihatannya sultan, dikira punya kos, padahal enggak. Punya sekolah, punya toko buku, punya perpustakaan, padahal enggak ada yang menghasilan sama sekali," kelakar Heru.