PADANG, KOMPAS.com – Sumatera Barat memperingati 16 tahun gempa 30 September 2009 yang meluluhlantakkan Padang dan sekitarnya. Peringatan ditandai dengan pelaksanaan International Conference on Disaster Mitigation and Management (ICDMM) ke-3 di Universitas Andalas, 29-30 September 2025.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menegaskan peringatan ini jangan hanya bersifat seremoni, tetapi harus menjadi pengingat pentingnya mitigasi bencana.
"Harus menjadi pengingat dan warisan pengetahuan mitigasi sehingga dampak bencana bisa diminimalisir," kata Suharyanto saat berbicara di forum ICDMM, Senin (29/9/2025) di Unand Padang.
Baca juga: Gempa Padang Panjang Kemarin Malam, Ingatkan Fenomena Kelam 1926
Ia mengingatkan perlunya respons darurat yang cepat saat bencana terjadi. Pada gempa 2009 lalu, BNPB baru berusia setahun sehingga banyak kekurangan yang menjadi catatan untuk perbaikan.
"Responsnya darurat dan harus cepat. Saat gempa 2009 lalu, BNPB baru seumur setahun sehingga banyak kekurangan. Kekurangan ini menjadi catatan untuk perbaikan di kemudian hari," ujarnya.
Gempa 2009 di Sumbar mengakibatkan 135.000 gedung dan rumah rusak. Sebanyak 1.117 orang meninggal dunia, sebagian besar terhimpit reruntuhan karena 80 persen bangunan tidak tahan gempa.
Baca juga: Aktivitas Sesar Sianok Picu Gempa Padang Panjang, BMKG Minta Warga Waspadai Potensinya
“Pascabencana di Sumbar, rehabilitasi dan rekonstruksi dibangun 100 ribu unit rumah tahan gempa. Itu terwujud setelah terjadinya bencana. Kemudian belajar dari gempa di Cianjur, gempanya 5,6 magnitudo tapi bangunan yang hancur dan rusak 90.000 rumah. Bahkan 37 persennya sekolah. Artinya bangunan yang tahan gempa perlu diperbanyak secara bertahap,” ujar Suharyanto.
Ia juga menekankan pentingnya penyaluran bantuan pascabencana yang cepat, karena kelompok berpenghasilan rendah biasanya menjadi korban sosial paling parah.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Roderick Brazier turut menegaskan komitmen negaranya berkolaborasi dengan Indonesia dalam mitigasi bencana.
"Kita berkomitmen untuk terus berkolaborasi dalam hal mitigasi bencana ini," kata Brazier.
Menurut dia, Sumatera Barat berada di garda terdepan dalam manajemen risiko bencana. Konferensi internasional ini menjadi kesempatan untuk berbagi strategi pengurangan risiko.
"Australia berkomitmen untuk memperdalam kolaborasi dengan Indonesia dalam hal ketahanan bencana, pembangunan inklusif, dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan pengurangan risiko bencana Indonesia-Australia," ujar Brazier.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang