KENDAL, KOMPAS.com - Wasito tak bisa menutupi kesedihannya saat berbicara kondisi pantai di Kabupaten Kendal.
Tahun demi tahun, garis pantai terus mundur, dan air laut pasang kini sering masuk ke permukiman warga.
Menurut pegawai Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kendal itu, hal ini dikarenakan abrasi yang semakin parah.
Banyak sawah yang beralih fungsi menjadi rawa. Penyebabnya adalah rob atau air pasang dari laut. Di antaranya, sawah yang ada disekitar Balok, Kendal.
Sawah-sawah di situ, kata dia, diterjang air rob yang datang dari pantai Bandengan. Wasito mengatakan, dirinya sudah pernah meramal kalau abrasi di pantai Kendal tidak cepat-cepat dicegah, tidak sampai tahun 2022 air rob sampai ke Balok, dan itu terbukti.
Baca juga: Abrasi Ancam Pantai Glagah-Congot, Groin Dibangun Lindungi Bandara YIA
“Sekarang saya kembali meramal, jika tidak segera dilakukan konservasi pantai dan membiarkan sawah, tambak beralih fungsi menjadi perumahan atau pabrik, tahun 2030 rob akan sampai di alun-alun Kendal,” ujar Wasito saat ditemui Kompas.com, Kamis (30/10/2025).
“Untuk mengatasi abrasi pantai di Kendal, diperlukan kesadaran dari pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat,” katanya lagi.
Konservasi pesisir harus dilakukan secara berkelanjutan melalui penanaman mangrove, pembangunan sabuk pantai, dan pengaturan kawasan pesisir yang lebih ramah lingkungan.
Pada tahun 2003, dirinya kemudian diterima bekerja di PSDA pemerintah Kabupaten Demak hingga tahun 2023. Pada tahun 2024, ia mutasi ke pemerintah Kabupaten Kendal, dan ditempatkan di Dinas Lingkungan Hidup.
“Jadi selama 20 tahun, setiap libur akhir pekan, saya bolak balik Demak-Kendal,” ujarnya.
Tinggal di Kartikajaya bersama istrinya, Wasito, mengaku prihatin. Sebab lambat laun, garis pantai semakin mundur. Apalagi ia merasakan kampungnya sering tergenang air rob.
Bahkan pada saat–saat tertentu, ketika air rob tinggi dengan dicampur hujan, air yang masuk ke rumahnya bisa setinggi lutut orang dewasa.
Baca juga: 38 Rumah Hilang dan 214 Terancam karena Abrasi Pantai di Aceh Utara
Wasito saat mengajari mahasiswa merawat bibit mangrove. KOMPAS.COM/DOK.PRIBADIDari situlah, ia kemudian berpikir bagaimana caranya mencegah rob supaya tidak sampai masuk ke daratan atau bahkan ke rumah.
Wasito, kemudian melakukan penanaman mangrove di tanggul pantai.
“Saya mulai melakukan penanaman mangrove sejak tahun 2006. Saya tidak pernah berpikir dapat apa. Yang saya pikirkan, bagaimana caranya supaya air rob tidak naik ke daratan bahkan masuk rumah,” akunya.
Lelaki kelahiran tahun 1973 tersebut, awalnya menanam 1000 pohon mangrove sendirian.
Pohon itu berasal dari kerja keras dirinya melakukan pembibitan.
Ia harus ke bibir pantai, ke rawa–rawa untuk mencari bibit mangrove, yang kemudian ia tanam di plastik.