Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan Hitam di Subang Berasal dari Pabrik di Karawang, Apakah Beracun?

Kompas.com - 30/10/2025, 15:15 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

KOMPAS.com - Warga Kampung Kondang, Desa Tanjungrasa, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, digegerkan oleh munculnya gumpalan hitam melayang seperti awan pada Jumat (24/10/2025).

Fenomena ini sempat viral di media sosial dan menjadi perbincangan luas warganet.

Kapolsek Patokbeusi, Kompol Anton Indra Gunawa, menyatakan bahwa busa seperti awan hitam tersebut berasal dari aktivitas sebuah pabrik di Karawang.

Baca juga: Fenomena Awan Hitam di Subang, Ini Kata BMKG…

“Benar, pada hari Jumat (24/10/2025) ada busa yang terbawa angin ke wilayah Patokbeusi. Kami sudah mengecek dan busa itu berasal dari salah satu perusahaan di Karawang,” kata Anton, seperti dikutip Kompas.com, Kamis (30/10/2025).

Ia menegaskan bahwa busa hitam tersebut tidak membahayakan warga.

Berdasarkan hasil pengecekan kepolisian serta konfirmasi langsung kepada perusahaan, ia menyebut, busa hitam itu telah melalui prosedur pengolahan limbah sesuai standar operasional prosedur (SOP).

Baca juga: DLH Surabaya Ungkap Penyebab Fenomena Ikan Mabuk di Sungai Banyu Urip dan Kalimas

“Kami sudah konfirmasi ke perusahaan bahwa busa itu tidak mengandung zat beracun. SOP pengolahan limbah sudah berjalan,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, saat pengecekan ke lokasi kejadian, keberadaan busa hitam tidak berdampak pada lingkungan perairan, misalnya tidak menimbulkan kematian pada ikan.

Anton menyebutkan bahwa perusahaan asal awan hitam itu merupakan industri pengolahan biang gula, bukan pabrik di wilayah Subang.

Menurut Anton, fenomena awan hitam ini baru pertama kali terjadi di wilayah Polsek Patokbeusi.

Baca juga: Asal-usul Busa Hitam Misterius di Subang Terungkap, Ternyata Bukan Fenomena Alam

Dinas Lingkungan Hidup berjanji tidaklanjuti

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat menelusuri sumber busa hitam tersebut.

“Saya sudah minta, kan itu tim ya, kan tidak boleh disimpulkan oleh gubernur. Nanti tim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk segera melakukan pengecekan apa itu,” kata Dedi saat ditemui di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (27/10/2025).

Kepala DLH Jawa Barat, Ai Saadiyah Dwidaningsih, menyatakan pihaknya akan segera menindaklanjuti fenomena ini.

“Kami tindaklanjuti,” ujar Ai melalui WhatsApp, Selasa (28/10/2025).

Ia menambahkan, busa limbah dalam jumlah besar dapat terbang, jika tertiup angin kencang karena massa jenisnya ringan, sehingga gumpalan itu terbawa hingga Subang.

Baca juga: Fenomena Cairan Hitam Misterius di Nganjuk, Warga Sebut Mudah Terbakar

Halaman:


Terkini Lainnya
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Jawa Tengah
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Jawa Barat
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Jawa Barat
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
Banten
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Sumatera Utara
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Jawa Timur
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
Sumatera Selatan
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Jawa Barat
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Jawa Barat
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Sulawesi Selatan
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Kalimantan Barat
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Jawa Tengah
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Jawa Tengah
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
Banten
Setelah Jokowi, Budi Arie Yakin Projo Mampu Antar Prabowo Jadi Presiden Dua Periode
Setelah Jokowi, Budi Arie Yakin Projo Mampu Antar Prabowo Jadi Presiden Dua Periode
Jawa Tengah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau