Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Disebut Rendang? Begini Asal-usul dan Filosofi Kuliner Ikonik Minangkabau

Kompas.com - 08/10/2025, 14:00 WIB
Maya Citra Rosa

Editor

KOMPAS.com - Selain terkenal dengan Jam Gadang dan keindahan alamnya, Ranah Minang juga dikenal sebagai surga kuliner Indonesia. Salah satu hidangan paling legendaris dari tanah Sumatera Barat itu adalah rendang — makanan yang bukan hanya mendunia, tapi juga sarat makna budaya.

Menurut Journal of Ethnic Foods Volume 4, Edisi 4 (Desember 2017) berjudul Rendang: The Treasure of Minangkabau karya Muthia Nurmufida dkk, rendang merupakan hasil percampuran budaya masyarakat Minangkabau dengan pedagang India yang membawa masakan kari ke Nusantara. Dari adaptasi kari inilah muncul hidangan gulai yang berkuah, kemudian dimasak lebih lama menjadi kalio dengan kuah yang hampir habis. Proses memasak yang berlanjut hingga sekitar enam sampai tujuh jam inilah yang menghasilkan rendang, daging kering berbumbu kaya yang tahan lama.

Dilansir dari Indonesiakaya.com, kata “rendang” sendiri berasal dari bahasa Minang, yakni “randang”, yang mengacu pada teknik memasak perlahan atau marandang. Dalam bahasa setempat, marandang berarti mengolah dan mengaduk masakan dalam waktu lama di atas api kecil hingga bumbu benar-benar meresap dan kering.

Dari Bekal Perantau hingga Hidangan Adat

Baca juga: Bikin Rendang Teri, UMKM Asal Riau Sabet Juara 1 SisBerdaya & DisBerdaya DANA

Sebagai bagian dari warisan budaya Minangkabau, rendang sudah dikenal sejak sekitar tahun 1550 M. Hal ini dijelaskan dalam Jantra: Jurnal Sejarah & Budaya Vol. 9 No. 1 (Juni 2014) berjudul Struktur Simbolik Kuliner Rendang di Tanah Rantau karya Martian dan Robby Hidajat.

Pada masa itu, masyarakat Minangkabau dikenal gemar merantau. Mereka membutuhkan makanan yang awet untuk dibawa dalam perjalanan jauh, dan rendang menjadi pilihan karena mampu bertahan lama. Dulu, rendang biasa dibungkus dengan daun pisang sebagai bekal.

Namun rendang bukan sekadar makanan perantau. Dalam tradisi adat Minang, rendang memiliki posisi penting sebagai hidangan dalam berbagai upacara, seperti pengangkatan Datu (Bajamba Gadang) dan ritual kematian (Pesta Ratok atau meratap). Pada acara-acara adat ini, rendang biasanya dimasak oleh kaum laki-laki.

Makna Simbolik Bahan-bahan Rendang

Rendang tidak hanya istimewa karena rasanya, tetapi juga karena filosofi di balik setiap bahan utamanya. Ada empat unsur pokok yang digunakan:

Dagiang (daging sapi) – melambangkan Niniak Mamak (paman) dan Bundo Kanduang (ibu), simbol pemberi kesejahteraan bagi anak dan keponakan.

Baca juga: Seleb TikTok Malaysia Masak Wagyu Rp 15 Juta untuk Rendang: Ini Murah

Karambia (kelapa) – menggambarkan Cediak Pandai, golongan cerdik pandai dalam masyarakat Minangkabau yang berperan menggerakkan kehidupan sosial.

Lado (cabai) – mewakili kaum ulama yang menegakkan dan menyebarkan ajaran agama.

Pamasak (bumbu) – terdiri dari 14 rempah seperti merica, pala, jahe, bawang, serai, dan daun jeruk. Ini melambangkan masyarakat Minangkabau secara keseluruhan.

Filosofi Hidup di Balik Proses Memasak

Membuat rendang bukan sekadar soal memasak, melainkan juga proses belajar tentang nilai-nilai kehidupan:

Kesabaran: Proses memasak yang berlangsung hingga 7 jam mengajarkan untuk sabar dan menghargai setiap tahapan kehidupan.

Kebijaksanaan: Diperlukan kebijaksanaan untuk mengatur suhu api dan memilih bahan terbaik agar cita rasa sempurna tercapai.

Kegigihan: Untuk mendapatkan tekstur rendang yang kering dan bumbu yang meresap, dibutuhkan ketekunan dalam mengaduknya terus-menerus.

Dari Daging Kerbau ke Versi Modern

Baca juga: Atta Halilintar Ajak Keisuke Honda ke Rumahnya, Suguhkan Rendang Sambil Bahas Proyek Sepak Bola Jepang-Indonesia

Halaman:


Terkini Lainnya
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Jawa Tengah
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Jawa Barat
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Jawa Barat
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
Banten
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Sumatera Utara
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Jawa Timur
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
Sumatera Selatan
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Jawa Barat
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Jawa Barat
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Sulawesi Selatan
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Kalimantan Barat
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Jawa Tengah
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Jawa Tengah
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
Banten
Setelah Jokowi, Budi Arie Yakin Projo Mampu Antar Prabowo Jadi Presiden Dua Periode
Setelah Jokowi, Budi Arie Yakin Projo Mampu Antar Prabowo Jadi Presiden Dua Periode
Jawa Tengah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau