Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Panas Bumi PGE Dorong Ketahanan Pangan dan Ekonomi Warga

Kompas.com - 18/09/2025, 19:22 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemanfaatan panas bumi tak hanya menghadirkan listrik ramah lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) menunjukkan hal itu melalui inovasi berbasis panas bumi yang diganjar berbagai penghargaan pada ajang Environmental & Social Innovation Awards (ENSIA) 2025 di Jakarta, Senin (16/9/2025) lalu.

Direktur Utama PGE Julfi Hadi menegaskan, inovasi ini memperlihatkan manfaat nyata panas bumi bagi kehidupan sehari-hari.

“Melalui inovasi para perwira di seluruh area operasional PGE, kami ingin menunjukkan bahwa panas bumi bukan hanya menghadirkan listrik hijau, tetapi juga membawa manfaat langsung bagi masyarakat sekitar,” ujar Julfi dalam keterangan resmi, Kamis (18/9/2025).

Baca juga: PGEO Manfaatkan Panas Bumi untuk Kembangkan Ekonomi Sirkuler di Kamojang

Di PGE Area Lahendong, Sulawesi Utara, booster pupuk silika geothermal bernama Katrili dikembangkan bersama Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Katrili, cairan ramah lingkungan berbasis endapan silika geotermal yang dicampur kitosan, membantu mengatasi kelangkaan pupuk dan meningkatkan produktivitas pertanian.

PGE Area Ulubelu, Lampung, mengusung program integratif Andan Jejama yang berarti “ayo bersama-sama”.

Program ini meliputi pembuatan pupuk organik GeoPertaganik Bestari berbasis limbah kopi dan kotoran hewan, pemanfaatan limbah cooling tower untuk rumah produksi ramah lingkungan, budidaya ikan Minageo Lestari, pertanian presisi Melon Geothermal dengan brine water, serta Puri Setrayang yang mengolah hasil panen menjadi pangan sehat.

Baca juga: PLN IP-PGE Garap Pembangkit Energi Panas Bumi Kapasitas Total 530 MW

Semua inisiatif tersebut terintegrasi dalam gerakan KEMASSARI untuk memperkuat gizi, ekonomi keluarga, dan ketahanan pangan berbasis komunitas.

Sementara itu, PGE Area Kamojang, Jawa Barat, mengembangkan pupuk Geovert berbasis limbah kulit kopi Canaya. Dengan memanfaatkan uap geotermal untuk pengeringan, proses produksi pupuk dipercepat dari 10–14 hari menjadi kurang dari 6 jam. Inovasi ini mengurangi limbah, memberi nilai tambah bagi petani, dan memperkuat pertanian berkelanjutan.

ENSIA 2025, yang diselenggarakan PT Sucofindo dengan dukungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengusung tema “Innovation for Socio-Economic and Ecological Harmony”.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau