BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Sido Muncul

Dorong Kemandirian Obat Nasional, Sido Muncul Perkuat Kerja Sama dengan Ahli Medis

Kompas.com - 03/10/2025, 17:19 WIB
Tsabita Naja,
ADM

Tim Redaksi

SURAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Indonesia tengah aktif mendorong kemandirian obat melalui berbagai kebijakan dan program. Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku obat.

PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) merupakan salah satu perusahaan yang menjadi contoh nyata bagaimana kekayaan hayati lokal dapat dikemas menjadi jamu dan obat herbal yang dipercaya konsumen.

Direktur Sido Muncul Dr (HC) Irwan Hidayat mendukung langkah pemerintah dalam mendorong terwujudnya kemandirian obat. Namun, ia menekankan bahwa kemandirian terkadang bukan berarti harus membangun pabrik.

“Salah satu kemandirian itu bukan berarti mesti dibuat. Sebab, bisa juga kita sudah buat obat, fasilitasnya mahal, dokter-dokter tidak mau pakai,” ujar Irwan saat menjadi pembicara dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) Perkumpulan Ahli Anatomi Indonesia (PAAI) di HARRIS Hotel & Convention, Surakarta, Kamis (2/10/2025).

Baca juga: Peneliti Ciptakan Obat Baru untuk Turunkan Berat Badan Guna Cegah Obesitas

Ia menyebut, salah satu alasan industri obat herbal tidak dapat berkembang dengan baik adalah minimnya partner, yakni praktisi yang memanfaatkan obat tradisional.

Lebih lanjut, Irwan mengatakan bahwa industri jamu dan obat herbal sejatinya menghadapi tantangan dalam menanamkan kepercayaan kepada para ahli medis. 

“Kepercayaan untuk membuat obat itu tidak gampang. Kita kan tahu, dokter kalau sudah pakai satu obat, dia sudah susah dikasih tahu. Dia bilang misalnya punya pendapat dan kepercayaan sendiri,” jelasnya.

Untuk menghadapi tantangan tersebut sekaligus mewujudkan kemandirian obat, Irwan memaparkan tiga strategi yang diterapkan Sido Muncul.

Baca juga: Gandeng Unnes, Sido Muncul Dorong Pemanfaatan Obat Herbal dalam Pelayanan Kesehatan Formal

Pertama, membuat produk yang terdiri atas bahan tunggal dan berstandar.

“Salah satu yang kami lakukan adalah membuat produk-produk tunggal, seperti temulawak, kunyit, daun dewa, jahe. Jadi, kami tidak membuat obat-obat campuran supaya kami bisa melakukan standardisasi,” ungkap Irwan.

Kedua, melakukan uji toksisitas untuk memastikan setiap produk Sido Muncul terstandardisasi dan aman.

Ketiga, mencari partner dengan menyasar para dokter yang memahami ilmu anatomi, serta metabolisme, mekanisme, dan cara kerja tubuh.

Baca juga: Bagaimana Orang di Masa Lalu Mempelajari Anatomi Tubuh Manusia?

Namun, dibutuhkan modal untuk meyakinkan para partner. Irwan mengungkapkan bahwa saat ini, dirinya sedang sibuk menyusun buku berisi penjelasan informasi produk-produk Sido Muncul.

Selama ini, informasi produk Sido Muncul yang beredar di masyarakat hanya berupa khasiat dan manfaat.

Kali ini, Irwan bersama tim menyusun buku berisi informasi bahan yang terkandung dalam suatu produk, serta literatur dan jurnal yang menjadi landasan pembuatan produk.

Buku tersebut nantinya akan dibagikan kepada para dokter yang tergabung dalam PAAI. Tujuannya, agar para tenaga medis memahami bahwa produk yang dijual oleh Sido Muncul telah melalui riset secara mendalam.

Baca juga: Pemerintah Sisihkan Dana Rp 1,28 triliun untuk Riset di 1.503 Kampus

Irwan pun menawarkan kepada para dokter jika ingin menambahkan jurnal atau hasil riset ke dalam buku tersebut agar informasinya lebih valid.

“(Buku ini) kami bagikan (dalam bentuk) elektronik dan nanti kalau ada masukan misalnya ada jurnal yang kurang, Anda boleh memberitahukan supaya jurnal ini nanti lebih terarah,” ucapnya.

Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat saat mengunjungi stand pameran anatomi di HARRIS Hotel & Convention, Surakarta, Kamis (2/10/2025).Dok. KOMPAS.com/Tsabita Naja Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat saat mengunjungi stand pameran anatomi di HARRIS Hotel & Convention, Surakarta, Kamis (2/10/2025).

Selain bertujuan untuk menyebarluaskan hasil riset yang dilakukan Sido Muncul, buku berisi jurnal dan literatur tersebut sekaligus menjadi bentuk kontribusi Irwan dan perusahaan untuk dunia medis Indonesia.

Irwan menceritakan perjalanan hidupnya setelah berulang kali jatuh sakit. Ia sadar bahwa dirinya membutuhkan sesuatu yang lebih tinggi dari sebuah pencapaian, yakni kontribusi.

Oleh karena itu, Irwan mulai konsisten berusaha memberikan kontribusi kepada konsumen, masyarakat, hingga pemerintah.

Sejumlah kontribusi yang telah dilakukan Irwan untuk masyarakat, antara lain membantu operasi katarak dan bibir sumbing, serta menyalurkan bantuan untuk anak-anak stunting dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Baca juga: Dari Gelap ke Terang, Sido Muncul dan Unpad Bantu Masyarakat Pulih dari Katarak

Irwan mengaku merasa damai dan senang ketika membantu sesama dan menerima ucapan terima kasih dari orang yang membutuhkan.

“Seandainya iklan produk saya tidak laku, (setidaknya) saya sudah berbuat sesuatu yang bermanfaat,” tegasnya.

Usulan untuk pemerintah

Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat bersama dosen Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Neni Susilaningsih, dan moderator dalam acara PIN PAAI di HARRIS Hotel & Convention Solo, Kamis (2/10/2025).Dok. KOMPAS.com/Tsabita Naja Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat bersama dosen Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Neni Susilaningsih, dan moderator dalam acara PIN PAAI di HARRIS Hotel & Convention Solo, Kamis (2/10/2025).

Dalam pemaparannya, Irwan mengingatkan bahwa kemandirian obat herbal tidak bisa hanya dibebankan kepada industri. Pemerintah memiliki peran strategis dalam memperkaya jumlah tanaman yang bisa dipakai sebagai bahan baku obat.

Sebagai salah satu solusi mengatasi ketergantungan impor bahan baku obat, Irwan mengusulkan agar pemerintah melakukan uji toksisitas setiap tahun.

Pasalnya, hingga kini, hanya ada sekitar 350 macam bahan baku jamu yang bisa diolah. Sementara, total kekayaan hayati Indonesia mencapai 28.000 jenis tanaman.

Irwan berharap, pemerintah dapat melakukan uji toksisitas 50 tanaman setiap tahun. Dengan begitu, akan ada tambahan 500 tanaman yang bisa diolah menjadi bahan baku jamu atau obat herbal dalam 10 tahun ke depan.

“Upaya ini juga bisa memberi pekerjaan kepada universitas-universitas, supaya mereka melakukan riset,” katanya.

Baca juga: Perkuat Riset Universitas Indonesia, Wamen Stella: Tumbuhkan Ekonomi RI

Apresiasi dari kalangan akademisi

Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat bersama narasumber dan panitia penyelenggara PIN PAAI.Dok. KOMPAS.com/Tsabita Naja Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat bersama narasumber dan panitia penyelenggara PIN PAAI.

Komitmen Sido Muncul dalam mengembangkan jamu dan obat herbal dengan bahan baku lokal mendapat apresiasi dari kalangan akademisi.

Ketua PIN PAAI 2025 sekaligus Kepala Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Nanang Wiyono, dr., M.Kes. menilai, rencana penyusunan kompendium atau buku riset bahan alam oleh Irwan merupakan terobosan yang signifikan.

Menurutnya, langkah tersebut akan semakin mendekatkan tiga bidang sekaligus, yakni penelitian, industri, dan edukasi ke masyarakat.

“Insyaallah dengan itu, kami akan mengembangkan tanaman asli Indonesia untuk jadi obat dan mudah-mudahan bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Nanang.

Baca juga: Gandeng Unnes, Sido Muncul Dorong Pemanfaatan Obat Herbal dalam Pelayanan Kesehatan Formal

Ia menyampaikan bahwa kalangan akademisi terbuka untuk melakukan kerja sama dan kolaborasi dengan dunia industri dalam bentuk pendanaan maupun sumber daya.

“Mudah-mudahan kami bisa kerja sama dengan Sido Muncul dan teman-teman akademisi di berbagai (wilayah) di Indonesia ataupun yang lainnya,” ucap Nanang.

Saat ditanya terkait posisi obat herbal di ranah medis, Nanang mengaku hal tersebut bisa dikombinasikan.

“Yang jelas perlu kesadaran semua, perlu proses edukasi untuk menuju keseimbangan karena kami praktiknya medis. Padahal, itu bisa dikombinasikan dan disinergikan, tidak harus dipertentangkan,” tegasnya.

Baca juga: Komunitas Medis Membantah Pernyataan Trump Soal Penyebab Autisme

Senada dengan Nanang, dosen FK Universitas Diponegoro (Undip) Dr. dr. Neni Susilaningsih, M.Si. menyatakan bahwa obat herbal bisa berdampingan dengan obat medis.

“Jadi, kalo kebanyakan penelitian kami lainnya adalah obat herbal sebagai komplementer, pendamping obat medis,” jelasnya.

Menurut Neni, yang terpenting adalah evidence-based karena kalangan medis membutuhkan hasil penelitian yang membuktikan bahwa obat tersebut aman dan bermanfaat.

Ia menjelaskan, terdapat tiga tahap penelitian untuk memastikan kualitas obat, antara lain uji preklinik, uji toksisitas, dan uji manfaat. Jika lolos ketiga tahapan ini, produk bisa naik level, dari jamu menjadi obat herbal terstandar.

Baca juga: Hasil Uji Klinis Obat GERD di Indonesia Menjanjikan

Neni mencontohkan penelitian yang telah dilakukannya terhadap Tolak Angin, salah satu produk unggulan Sido Muncul. Hasilnya, Tolak Angin mampu meningkatkan beberapa parameter dari sistem imun atau ketahanan tubuh.


Terkini Lainnya
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau