JAKARTA, KOMPAS.com – Ekspor China melonjak tajam pada September 2025 seiring produsen lokal menemukan pasar baru di luar Amerika Serikat (AS).
Kenaikan terjadi di tengah tensi dagang yang kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif baru untuk produk China.
Data bea cukai yang dirilis Senin (6/10/2025) mencatat ekspor tumbuh 8,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka ini melampaui proyeksi analis Reuters yang memperkirakan kenaikan 6 persen dan menjadi pertumbuhan tercepat sejak Maret 2025. Pada Agustus, ekspor naik 4,4 persen.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Menguat, Investor Bidik Potensi Perundingan AS-China
Impor juga naik 7,4 persen secara tahunan, tertinggi sejak April 2024, jauh di atas proyeksi 1,5 persen dan pertumbuhan 1,3 persen pada Agustus.
Ekonom senior Economist Intelligence Unit di Beijing, Xu Tianchen, menyebutkan, lonjakan ekspor menunjukkan keberhasilan produsen China memanfaatkan pasar non-tradisional.
“Perusahaan China secara aktif memanfaatkan pasar baru dengan keunggulan biaya relatif barang mereka, itu pasti,” kata Xu.
Ia menambahkan, AS kini menyumbang kurang dari 10 persen dari ekspor langsung China.
“Tarif 100 persen tentu akan menambah tekanan, tetapi dampaknya tidak akan sebesar sebelumnya,” ujarnya.
Trump sebelumnya mengumumkan tarif tambahan 100 persen untuk produk asal China yang masuk ke AS. Kebijakan itu memicu kembali perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.
Beijing merespons dengan memperketat ekspor logam tanah jarang dan memperluas pengawasan terhadap pengguna semikonduktor.
Baca juga: IHSG Diperkirakan Melemah Awal Pekan, Tekanan Datang dari Tarif Baru Trump ke China
Analis menilai langkah China memperluas pasar ekspor ke Asia, Afrika, dan Amerika Latin menjadi strategi memperkuat posisi jelang pertemuan Presiden Xi Jinping dengan Trump akhir bulan ini.
Meski AS tetap pasar utama, kontribusinya terhadap ekspor China terus turun. Negeri itu pernah menyerap lebih dari 400 miliar dollar AS atau sekitar Rp 6.629 triliun (kurs Rp16.574 per dollar AS) barang impor dari China setiap tahun.
Kini Beijing berupaya menjaga nilai ekspor sekitar 19 triliun dollar AS agar tetap menopang target pertumbuhan ekonomi 5 persen.