Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Whoosh, Operasional Tertutup, Cicil Utangnya Belum

Kompas.com - 31/10/2025, 07:14 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan yang mengoperasikan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh, mengalami kerugian triliunan dalam setahun.

Meski PT KCIC tak pernah secara terbuka merilis laporan keuangannya ke publik, kerugian perusahaan ini bisa tampak dari laporan keuangan BUMN Indonesia yang jadi pemegang sahamnya.

PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), perusahaan konsorsium BUMN Indonesia yang jadi pemegang 60 persen saham di PT KCIC, membukukan rugi hingga Rp 4,195 triliun sepanjang tahun 2024.

Tren kerugian tersebut berlanjut pada 2025, di mana hanya dalam enam bulan pertama tahun ini, kerugian PSBI kembali bertambah Rp 1,625 triliun.

Kerugian PT PSBI di PT KCIC ini belum termasuk angka kerugian yang harus ditanggung konsorsium dari China yang menggenggam 40 persen.

Baca juga: 1 Whoosh Setara Bangun Hampir 5 Menara Burj Khalifa

Berhasil tutup operasional

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Kereta Cepat Whoosh saat ini sudah mampu menutup biaya operasionalnya sendiri.

Namun, ia pun mengakui proyek Whoosh mengalami banyak pro dan kontra. Banyak pihak mengkritik BUMN kini harus ikut menanggung beban kerugian yang tak sedikit.

"Lepas dari pro dan kontra yang terjadi, faktanya Whoosh kini sudah mampu menutup biaya operasionalnya sendiri dan melayani lebih dari 12 juta penumpang sejak beroperasi pada Oktober 2023 sampai Februari 2025," ujar Luhut lewat unggahan di akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan, dikutip pada Jumat (31/10/2025).

Sehingga menurutnya, Whoosh sudah memberikan dampak ekonomi yang besar bagi wilayah yang dilintasinya.

Dalam unggahannya, Luhut juga menceritakan pengalamannya naik kereta cepat Whoosh saat pergi ke Bandung untuk memberikan pembekalan kepada calon perwira di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD).

Baca juga: KAI dan WIKA jadi BUMN Paling Terbebani Utang Whoosh

Menurut Luhut, setiap kali ke Bandung dirinya selalu memilih untuk naik Whoosh.

"Setiap ke Bandung saya selalu memilih moda transportasi ini karena efisiensi waktunya. Perjalanan yang dulu makan waktu 3-4 jam, kini bisa ditempuh banga dalam 30-60 menit," jelas Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung di era Presiden ke-7 RI, Joko Widodo itu.

Total utang Kereta Cepat Whoosh

Berdasarkan data yang dirangkum dari pemberitaan KOMPAS.com, total nilai investasi pembangunan KCJB mencapai 7,27 miliar dollar AS atau setara Rp 120,38 triliun (mengacu kurs Rp 16.500 per dollar AS).

Sekitar 75 persen dari total investasi itu dibiayai lewat pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan tingkat bunga tetap 2 persen per tahun.

Skema pinjaman tersebut berlaku dengan bunga tetap (fixed rate) untuk 40 tahun pertama. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tawaran Jepang pada 2015 yang hanya memberikan bunga 0,1 persen per tahun.

Baca juga: Pengamat Transportasi: Whoosh Terlanjur Jadi Beban KAI

Halaman:


Terkini Lainnya
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau