KOMPAS.com - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan yang mengoperasikan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh, mengalami kerugian triliunan dalam setahun.
Meski PT KCIC tak pernah secara terbuka merilis laporan keuangannya ke publik, kerugian perusahaan ini bisa tampak dari laporan keuangan BUMN Indonesia yang jadi pemegang sahamnya.
PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), perusahaan konsorsium BUMN Indonesia yang jadi pemegang 60 persen saham di PT KCIC, membukukan rugi hingga Rp 4,195 triliun sepanjang tahun 2024.
Tren kerugian tersebut berlanjut pada 2025, di mana hanya dalam enam bulan pertama tahun ini, kerugian PSBI kembali bertambah Rp 1,625 triliun.
Kerugian PT PSBI di PT KCIC ini belum termasuk angka kerugian yang harus ditanggung konsorsium dari China yang menggenggam 40 persen.
Baca juga: 1 Whoosh Setara Bangun Hampir 5 Menara Burj Khalifa
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Kereta Cepat Whoosh saat ini sudah mampu menutup biaya operasionalnya sendiri.
Namun, ia pun mengakui proyek Whoosh mengalami banyak pro dan kontra. Banyak pihak mengkritik BUMN kini harus ikut menanggung beban kerugian yang tak sedikit.
"Lepas dari pro dan kontra yang terjadi, faktanya Whoosh kini sudah mampu menutup biaya operasionalnya sendiri dan melayani lebih dari 12 juta penumpang sejak beroperasi pada Oktober 2023 sampai Februari 2025," ujar Luhut lewat unggahan di akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan, dikutip pada Jumat (31/10/2025).
Sehingga menurutnya, Whoosh sudah memberikan dampak ekonomi yang besar bagi wilayah yang dilintasinya.
Dalam unggahannya, Luhut juga menceritakan pengalamannya naik kereta cepat Whoosh saat pergi ke Bandung untuk memberikan pembekalan kepada calon perwira di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD).
Baca juga: KAI dan WIKA jadi BUMN Paling Terbebani Utang Whoosh
Menurut Luhut, setiap kali ke Bandung dirinya selalu memilih untuk naik Whoosh.
"Setiap ke Bandung saya selalu memilih moda transportasi ini karena efisiensi waktunya. Perjalanan yang dulu makan waktu 3-4 jam, kini bisa ditempuh banga dalam 30-60 menit," jelas Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung di era Presiden ke-7 RI, Joko Widodo itu.
Berdasarkan data yang dirangkum dari pemberitaan KOMPAS.com, total nilai investasi pembangunan KCJB mencapai 7,27 miliar dollar AS atau setara Rp 120,38 triliun (mengacu kurs Rp 16.500 per dollar AS).
Sekitar 75 persen dari total investasi itu dibiayai lewat pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan tingkat bunga tetap 2 persen per tahun.
Skema pinjaman tersebut berlaku dengan bunga tetap (fixed rate) untuk 40 tahun pertama. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tawaran Jepang pada 2015 yang hanya memberikan bunga 0,1 persen per tahun.
Baca juga: Pengamat Transportasi: Whoosh Terlanjur Jadi Beban KAI