SEMARANG, KOMPAS.com – Ketua BEM Universitas Diponegoro (Undip), Aufa Atha Ariq, mengecam keras tindakan intimidasi dan salah tangkap oleh aparat kepolisian dalam aksi demonstrasi.
Ia mengungkap setidaknya ada tiga mahasiswa Undip yang ditangkap hanya karena berada di sekitar lokasi aksi, padahal tidak ikut serta.
Dia pun menegaskan, pernyataan sikap civitas academica Undip bukan sekadar inisiatif rektorat, tetapi lahir dari kebersamaan seluruh elemen kampus, termasuk mahasiswa dari berbagai fakultas dan sekolah vokasi. Ia menegaskan bahwa suara Undip adalah suara kolektif untuk merespons situasi bangsa.
“Civitas academica Undip ini bukan hanya rektorat, tapi bersama mahasiswa juga. (Menindaklanjuti) poin tuntutan dan keresahan, nanti kami akan aksi lagi,” kata Aufa usai pembacaan seruan damai di kampus Tembalang, Kamis (4/9/2025).
Baca juga: Undip Kritik Pemerintah dan Kekerasan Aparat Keamanan, Desak Batalkan Kebijakan yang Tak Adil
Aufa menekankan mahasiswa Undip bersama kampus lainnya di Kota Semarang siap turun kembali ke jalan jika tuntutan tidak ditanggapi.
BEM Undip masih terus berkonsolidasi dengan BEM lainnya untuk menagih tuntutan 17+8 poin yang jatuh tempo pada 5 September 2025.
“Seruan ini juga ajakan untuk universitas lain agar bersikap. Apabila dirasa perlu, kita akan turun lagi. Saat ini masih kita pantau,” tegasnya.
Dia juga menyoroti intimidasi oleh aparat kepolisian mengingat pada aksi sebelumnya, sepuluh mahasiswa Undip sempat ditangkap. Meski akhirnya dilepaskan, dia mengecam pembebasan dengan syarat wajib lapor Senin dan Kamis ke Polda Jateng tak berdasar hukum.
“Padahal mereka bukan tersangka dan tidak ada kejelasan hukum (massa yang ditahan dan didata polisi) statusnya sebagai apa” ungkapnya.
BEM Undip juga mengecam adanya salah tangkap terhadap ratusan massa aksi pada akhir pekan lalu. Setidaknya tiga mahasiswa Undip ditangkap hanya karena berada di sekitar lokasi aksi.
“Mereka hanya melihat-lihat di pinggir jalan, tidak ikut aksi, tapi ditangkap,” ungkapnya.
Meski begitu, Aufa memastikan tidak ada laporan kekerasan fisik terhadap mahasiswa Undip dalam peristiwa terakhir.
“Sejauh ini dari Undip tidak ada yang melapor mengalami kekerasan,” katanya.
Baca juga: LBH Kecam Salah Tangkap Polda Jateng saat Demo di Semarang: Ada yang Cuma Beli Es Teh
Dia menegaskan, mahasiswa Undip akan terus mengawal demokrasi dengan sikap kritis dan santun.
Lebih lanjut, Aufa menyebut masih ada tujuh mahasiswa lain di Semarang yang berstatus tersangka sejak aksi May Day lalu. Dia terus mendorong agar mereka dibebaskan melalui restorative justice.
“Kemarin katanya sudah restorative justice, tapi kok sampai sekarang masih diproses pengadilan. Itu yang sedang kita desak ke aparat,” tambahnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini