JAKARTA, KOMPAS.com - Di antara deretan kuliner Jawa Timur yang populer, nasi krawu bisa jadi terdengar asing di telinga masyarakat luar Jatim.
Berbeda dengan rawon dan soto lamongan khas Jawa Timur, nasi krawu tak mudah ditemui di luar Gresik, asal sajian ini pertama kali dijajakan.
"Ibu Tiban pertama kali jualan nasi krawu itu kaki lima, nyungun ke pasar," kata Mulyo Cipto Amin, yang kini mengelola usaha Nasi Krawu Buk Tiban, saat ditemui Kompas.com di Kampoeng Legenda Mal Ciputra, Kamis (21/8/2025).
Baca juga: 4 Tempat Makan Nasi Krawu di Surabaya, Bisa untuk Sarapan
Nyungun atau sungun merupakan sebutan untuk pedagang yang membawa jualannya di atas kepala, menjunjung barang dagangannya keliling pasar.
Nasi Krawu Buk Tiban pertama kali dijajakan demikian pada 1979. Sebelum memiliki tiga gerai di Gresik dan Surabaya.
Saat ini, usaha Nasi Krawu Buk Tiban dikelola oleh generasi kedua, yakni Mulyo, menantu Bu Tiban.
Baca juga: Resep Nasi Krawu Khas Gresik untuk Ide Jualan
Lantas, apa sebenarnya nasi krawu?
Penamaan nasi krawu diambil dari cara menyantap makanan ini. Bukan sendok maupun garpu, nasi krawu biasa dinikmati langsung menggunakan tangan.
Istilah ini merujuk pada "krawukan" dalam bahasa Jawa yang berarti makan menggunakan jari tangan.
Isi nasi krawu terdiri dari nasi putih dan berbagai lauk, seperti daging dan jeroan sapi serta ayam merah suwir.
Komponen terpenting dari nasi krawu adalah serundeng. Nasi Krawu Buk Tiban menawarkan tiga jenis serundeng bagi pelanggannya.
"Ada serundeng gurih, manis, dan pedas. Kalau serundeng pedas warnanya kemerahan karena pakai cabai," kata Mulyo.
Baca juga: Resep Nasi Krawu Khas Gresik, Menu Sarapan Istimewa