Ia tahu, satu-satunya cara untuk bertahan adalah bangkit kembali.
“Kalau nanti dapat bantuan atau ganti rugi, ya secepatnya pengin jualan lagi. Tapi untuk sekarang, fokus dulu karena minggu ini anak mau menikah,” katanya.
Ia berharap pemerintah bisa memberikan bantuan agar warungnya dapat dibangun ulang.
“Harapannya mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah, biar bisa memperbaiki warung dan mulai jualan lagi,” tutupnya pelan.
Di wajahnya, tersisa senyum kecil yang berusaha menutupi duka.
Bagi Waljyah, kehilangan tempat berdagang berarti kehilangan sebagian hidupnya.
Namun, ia percaya, rezeki tak akan pernah benar-benar hilang, hanya berpindah tempat sementara.
Petugas dari BPBD Kota Solo, Damkar, dan Dinas Lingkungan Hidup segera turun tangan membersihkan reruntuhan ranting besar yang menimpa warung Waljyah.
Selain warungnya, enam sepeda motor yang terparkir di sekitar lokasi juga ikut rusak tertimpa dahan pohon, sementara trafo listrik di dekatnya harus diperbaiki oleh petugas PLN.
Baca juga: Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang Terjang Solo, Pohon Tumbang, 1 Warung Hancur
Kapolsek Pasar Kliwon, AKP Amiruddin Zulkarnaen, memastikan penanganan berlangsung cepat.
“Respon cepat dari petugas, langsung melakukan evakuasi,” ujarnya.
Hujan sore itu telah reda. Namun bagi Waljyah, badai sesungguhnya baru saja dimulai, badai yang mengguncang kenangan, kerja keras, dan harapan selama 30 tahun berjualan di bawah rindangnya pohon trembesi Masjid Agung Solo.
Sebagian artikel ini telah tayang di KOMPAS.com dengan judul "30 Tahun Berdagang, Warung di Masjid Agung Solo Hancur Diterjang Bencana".
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang