Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaji DPR Masih Rp 65 Juta Usai Tunjangan Rumah Dihapus, Publik: Terlalu Besar, Belum Puas!

Kompas.com - 06/09/2025, 15:14 WIB
Hafizh Wahyu Darmawan,
Muhammad Isa Bustomi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Penghapusan tunjangan rumah anggota DPR RI yang membuat gaji bersih atau take home pay mereka kini sekitar Rp 65 juta menuai beragam respons dari masyarakat.

DPR RI sebelumnya menyetujui empat dari total 17+8 tuntutan warga yang disampaikan dengan batas waktu hingga Jumat (5/9/2025).

Namun, keputusan itu dinilai masih jauh dari harapan publik. Banyak warga beranggapan langkah tersebut belum menyentuh persoalan pokok yang selama ini disuarakan.

Dedi (41), warga Depok, menilai nominal Rp 65 juta per bulan masih terlalu besar jika dibandingkan dengan penghasilan rata-rata masyarakat. Ia menyebut penghapusan tunjangan rumah hanya sebatas simbolis dan tidak menjawab tuntutan riil warga.

Baca juga: Ragu DPR Sanggup Penuhi 17+8 Tuntutan Rakyat, Warga: Responsnya Iya-iya Saja

“Menurut saya sih masih terlalu besar ya. Kalau dibandingkan dengan UMR kita, itu jauh banget. Jadi walaupun ada penghapusan tunjangan rumah, tapi tetap saja gaji mereka masih tinggi banget. Saya pribadi belum merasa puas,” kata Dedi kepada Kompas.com, Sabtu (6/9/2025).

Ia menambahkan, kebijakan ini hanya terlihat simbolis dan belum menyelesaikan persoalan utama yang menjadi tuntutan publik.

“Kalau menurut saya ini pencitraan aja ya. Selama 17+8 tuntutan itu belum dipenuhi, ya tetap aja belum ada perubahan,” ujarnya.

Senada, Nur Aisyah (29), warga Bekasi, menilai pemangkasan fasilitas memang bisa dianggap sebagai langkah kecil yang positif.

Meski demikian, ia menegaskan kepercayaan publik belum akan pulih selama tuntutan lain belum dipenuhi.

Baca juga: Gaji dan Tunjangan DPR Dinilai Masih Terlalu Tinggi, Formappi Minta Evaluasi Lagi

"Tapi apakah itu bikin warga jadi percaya? Belum tentu. Karena gaji Rp 65 juta itu masih besar sekali. Saya rasa warga belum akan puas kalau tuntutan yang lain belum dituntaskan,” kata Nur.

Nur juga mengingatkan agar DPR tidak menganggap kritik warga selesai hanya karena satu fasilitas dipotong.

Menurutnya, masih banyak persoalan yang harus dijawab agar masyarakat benar-benar merasakan perubahan.

“Patut diapresiasi karena mereka mau dengar suara masyarakat. Tapi jangan berhenti di sini. Kritik masyarakat itu masih banyak, dan DPRD harus berani menjawab semuanya, bukan cuma potong tunjangan rumah,” ungkapnya.

Sementara itu, Laras (42), warga Semarang, menilai besarnya gaji anggota DPR tidak sebanding dengan kondisi rakyat kecil yang masih banyak hidup di bawah standar kelayakan.

Baca juga: Tidak Ada Demo Hari Ini, Arus Lalu Lintas Depan Gedung DPR Ramai Lancar

Ia berharap DPR berani mengevaluasi kembali besaran gaji yang diterima anggotanya agar lebih berpihak kepada masyarakat.

“Semoga bisa diturunkan lagi lah untuk gaji DPR-nya, kasihannya rakyat-rakyat biasa, gitu,” tutur Laras.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Pramono Ungkap Alasan Dipajangnya Puing Sisa Kebakaran di Halte Jaga Jakarta
Pramono Ungkap Alasan Dipajangnya Puing Sisa Kebakaran di Halte Jaga Jakarta
Megapolitan
Massa Desak Komnas HAM Tetapkan Kasus Munir sebagai Pelanggaran Berat hingga 8 Desember
Massa Desak Komnas HAM Tetapkan Kasus Munir sebagai Pelanggaran Berat hingga 8 Desember
Megapolitan
Pramono Dorong PAM Jaya Jadi Perseroda, Fraksi Demokrat Ingatkan Risiko Komersialisasi
Pramono Dorong PAM Jaya Jadi Perseroda, Fraksi Demokrat Ingatkan Risiko Komersialisasi
Megapolitan
Depot Air Minum Isi Ulang Gratis di Sunter Agung Bakal Diresmikan Pekan Ini
Depot Air Minum Isi Ulang Gratis di Sunter Agung Bakal Diresmikan Pekan Ini
Megapolitan
Pria yang Aniaya Sekuriti di Depok Disebut dalam Pengaruh Alkohol
Pria yang Aniaya Sekuriti di Depok Disebut dalam Pengaruh Alkohol
Megapolitan
Bagaimana Progres Pemenuhan 17+8 Tuntutan Rakyat?
Bagaimana Progres Pemenuhan 17+8 Tuntutan Rakyat?
Megapolitan
Ketua Komnas HAM Temui Massa Aksi Munir, Sampaikan Perkembangan Penyelidikan
Ketua Komnas HAM Temui Massa Aksi Munir, Sampaikan Perkembangan Penyelidikan
Megapolitan
Kelurahan Sunter Agung Sediakan Depot Air Minum Isi Ulang Gratis untuk Warga
Kelurahan Sunter Agung Sediakan Depot Air Minum Isi Ulang Gratis untuk Warga
Megapolitan
Bawa Kajian “17+8 Tuntutan Rakyat”, BEM UI Desak DPR Temui Massa Besok
Bawa Kajian “17+8 Tuntutan Rakyat”, BEM UI Desak DPR Temui Massa Besok
Megapolitan
Penganiaya Sekuriti di Depok Terancam 5 Tahun Penjara
Penganiaya Sekuriti di Depok Terancam 5 Tahun Penjara
Megapolitan
Depan DPR Kembali Jadi Panggung Demonstrasi BEM UI Besok
Depan DPR Kembali Jadi Panggung Demonstrasi BEM UI Besok
Megapolitan
Diterpa Isu PHK Massal, Begini Kondisi Gudang Garam di Tanjung Barat
Diterpa Isu PHK Massal, Begini Kondisi Gudang Garam di Tanjung Barat
Megapolitan
Pria Pademangan Curi Dompet Demi Biaya Berobat Adik
Pria Pademangan Curi Dompet Demi Biaya Berobat Adik
Megapolitan
Pintu Stasiun MRT Cipete Raya Dibuka Lagi Usai Kebakaran Foodcourt, Layanan Tetap Normal
Pintu Stasiun MRT Cipete Raya Dibuka Lagi Usai Kebakaran Foodcourt, Layanan Tetap Normal
Megapolitan
21 Tahun Munir: Aktivis Padati Komnas HAM, Tuntut Kasus Dibuka Kembali
21 Tahun Munir: Aktivis Padati Komnas HAM, Tuntut Kasus Dibuka Kembali
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau