BOGOR, KOMPAS.com - Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) tengah memperluas langkah strategisnya di sektor energi terbarukan dengan berencana membangun pabrik biodiesel dan bioetanol (etanol).
Pembangunan fasilitas produksi energi bersih itu sejalan dengan rencana pemerintah menerapkan mandatori biodiesel 50 persen (B50), yakni campuran 50 persen minyak sawit atau crude palm oil (CPO) ke dalam bahan bakar minyak (BBM) jenis solar pada 2026.
Kedua produk tersebut nantinya diserap oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor minyak dan gas bumi (migas), PT Pertamina (Persero), yang bertindak sebagai off taker utama.
Baca juga: Wamen Investasi: Toyota Tertarik Bangun Pabrik Etanol di Indonesia
Direktur Bisnis PTPN III, Ryanto Wisnuardhy, mengatakan kerja sama antara PTPN III dan Pertamina akan mencakup pengembangan pabrik biodiesel dan bioetanol.
Produk biodiesel akan menggunakan bahan baku crude palm oil (CPO), sedangkan bioetanol diproduksi dari tetes tebu atau molase, dan tengah dikaji kemungkinan pemanfaatan singkong sebagai sumber alternatif.
“Oh iya (diserap) nanti off taker-nya dari Pertamina nantinya,” ujar Ryanto usai gelaran outlook komoditas perkebunan yang dilaksanakan di Gedung Riset Perkebunan Nusantara, Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/10/2025).
Soal pabrik bioetanol direncanakan dibangun di sekitar wilayah produksi tetes tebu milik PTPN di Glenmore, Jember, Jawa Timur.
Ryanto memastikan Pertamina terlibat langsung dalam proyek tersebut, sekalipun ia belum merinci informasi detailnya.
Untuk tahap awal, bahan baku yang digunakan berasal dari tetes tebu atau molase, hasil sampingan dari produksi gula.
“Kami punya program untuk membangun pabrik bioetanol, lagi-lagi sama Pertamina. Yang mana nantinya mungkin, ya untuk sementara ini, bahan bakunya itu adalah dari tetes. Jadi kemungkinan juga di salah satu pabrik yang dekat dengan produksi tetes kami, yaitu yang ada di Jawa Timur, di Jember, di Glenmore, di situ kemungkinan bisa akan membangun pabrik bioetanol,” paparnya.
Sementara, pembangunan pabrik biodiesel dilakukan bertahap dengan menggandeng Pertamina dan sejumlah perusahaan swasta sebagai mitra strategis.
Salah satu lokasi yang tengah dikaji untuk proyek tersebut berada di kawasan Sei Mangkei, Sumatera Utara.
Agar pasokan bahan baku CPO tetap terjaga, PTPN akan bekerja sama dengan PT Agrinas Palma Nusantara, perusahaan pelat merah yang dipercaya pemerintah mengelola perkebunan kelapa sawit.
Tak tanggung-tanggung, nilai investasi yang dibidik PTPN untuk pabrik biodiesel mencapai Rp 50 triliun hingga Rp 60 triliun. Dana jumbo ini sudah termasuk rencana perluasan lahan tanam kelapa sawit baru seluas 500.000 hektar (ha).
“Kami akan memperluas lahan, dan sesuai dengan arahan Pak Mentan mengenai program biodiesel kami akan memperluas kurang lebih sampai 500.000 hektar tanaman sawit,” katanya.
“Di sisi hilirnya kami mungkin mulai tahun depan sudah mulai membangun pabrik biodiesel. Saat ini kerja sama sudah dilakukan yang melibatkan kami, Pertamina, juga sektor swasta,” lanjut Ryanto.
Langkah besar ini menjadi bagian dari komitmen PTPN III untuk mendukung program pemerintah mewujudkan swasembada energi nasional berbasis sumber daya domestik.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang