Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliansi Serikat Buruh Sebut 2.200 Pekerja Pabrik Sepatu Nike Kena PHK pada Oktober 2025

Kompas.com - 01/11/2025, 07:16 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 2.200 pekerja di pabrik sepatu PT Victory Chingluh di Tangerang, Banten, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) pada Oktober 2025.

Hal itu berdasarkan data yang dirangkum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) per akhir Oktober ini.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) KASBI, Andi Kristiantono, mengatakan bahwa PHK pada Oktober ini merupakan rangkaian dari kebijakan yang sama pada awal tahun.

"Awal Januari 2025, PHK sebanyak 2.400-an karyawan. Per Oktober ini, PHK lagi sebanyak 2.200 orang. PHK saat ini merupakan rangkaian dari yang sebelumnya," ujar Andi saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (31/10/2025).

Baca juga: Tarif Impor Amerika Picu PHK Ribuan Pekerja di Pabrik Sepatu Tangerang

Sebagai informasi, PT Victory Chingluh di Tangerang merupakan pabrik yang memproduksi sepatu untuk dipasok ke merek global, Nike.

Menurut Andi, 2.200 karyawan yang baru saja di-PHK kini sudah menerima pesangon.

Akan tetapi, KASBI menyayangkan sikap pemerintah yang seolah belum mendapatkan laporan dari adanya peristiwa PHK ini.

"Padahal kan dalam konteks ini, negara sendiri kan semestinya melakukan upaya pencegahan terhadap PHK. Tapi kan faktanya pemerintah enggak menjalankan itu," kata Andi.

Di sisi lain, KASBI mempertanyakan penyebab PHK ribuan karyawan PT Victory Chingluh di Tangerang yang menurutnya tidak sesuai fakta.

Pihak perusahaan, kata dia, menyebut faktor banyaknya barang yang dikembalikan atau di-retur menjadi penyebab awal terjadinya PHK.

Namun, menurut KASBI, alasan itu janggal. Karena di Tangerang sendiri saat ini ada dua perusahaan yang memasok sepatu untuk Nike, yaitu PT Victory Chingluh dan PT Chingluh.

Berbeda dengan PT Victory Chingluh yang melakukan PHK, PT Chingluh saat ini tetap berproduksi seperti biasa.

"Kenapa tidak tepat, karena secara faktanya pabrik Chingluh yang satunya (PT Chingluh) produksinya lancar. Dan juga pasok untuk Nike. Jadi dengan kenyataan ini, kenapa yang satunya kok bisa lancar?" tutur Andi.

"Bahwa PT Chingluh sekarang eksis dan terus berproduksi. Itu kejanggalan menurut kami," lanjutnya.

Selain itu, perusahaan selama ini tidak bisa menunjukkan laporan keuangan, modal, dan sebagainya.

Padahal pada tahun 2024, Nike sebagai pihak yang mendapat pasokan produksi dari PT Victory Chingluh sedang meraih keuntungan besar secara global.

Untuk 2025, dilaporkan Nike mengalami penurunan keuntungan. Tetapi menurut Andi, bukan berarti Nike tidak memesan sepatu dari perusahaan-perusahaan pemasok.

Sebab, berdasarkan penelusuran KASBI, selain PT Chingluh, perusahaan lain di Subang, Karawang, dan Garut yang memasok sepatu untuk Nike masih terus beroperasi.

"Kalau enggak ada order, kenapa yang di Subang tidak masalah? Kenapa yang di Garut dan di Karawang tidak ada masalah?" tuturnya.

Baca juga: Soal Kabar PHK Massal Pabrik Ban Michelin, Wamenaker: Kami Cek Dulu...

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau