JAKARTA, KOMPAS.com – Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 akan tetap stabil di kisaran 5 persen, atau tidak jauh berbeda dibandingkan kuartal sebelumnya.
Proyeksi ini didukung oleh konsumsi rumah tangga yang mulai membaik dan investasi yang masih solid, meski belum menunjukkan percepatan signifikan.
Direktur Riset Prasasti, Gundy Cahyadi, menyebutkan penjualan ritel meningkat 5,8 persen secara tahunan pada September 2025, laju tertinggi sejak awal tahun.
Baca juga: The Fed Turunkan Suku Bunga, Ekonom Nilai Jadi Angin Segar bagi Ekonomi Indonesia
Namun, inflasi inti yang rendah di 2,2 persen menandakan daya beli masyarakat masih terbatas. “Konsumsi memang membaik, tetapi lajunya masih jauh dari kata kuat. Yang kita lihat saat ini adalah stabilisasi, bukan lonjakan,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Sabtu (1/11/2025).
Dari sisi moneter, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan sebesar 150 basis poin sejak September 2024, sehingga pertumbuhan jumlah uang beredar (M2) naik 8 persen per tahun pada September 2025.
Sementara itu, realisasi belanja pemerintah baru mencapai 59,7 persen dari target tahunan, membuka peluang percepatan belanja di akhir tahun.
Gundy menyebutkan bahwa investasi masih menjadi penopang utama pertumbuhan, meski momentum mulai melambat.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan investasi kuartal III naik 13,9 persen secara tahunan, dengan sektor pusat data, logistik, dan infrastruktur digital sebagai penyumbang utama. “Arus investasi masih positif, tapi ke depan perlu difokuskan ke revitalisasi sektor industri,” kata Gundy.
Dari sisi eksternal, surplus perdagangan mencapai 5,49 miliar dollar AS pada Agustus 2025, bahkan tertinggi sejak awal tahun.
Stabilitas ekspor dan harga komoditas yang kuat, terutama minyak sawit mentah (CPO), turut menjaga nilai tukar rupiah dan memperkuat cadangan devisa nasional.
Prasasti menilai kebijakan moneter dan fiskal pemerintah telah berjalan seimbang, menjaga stabilitas tanpa menimbulkan tekanan pada pasar keuangan. “Untuk saat ini, laju pertumbuhan sekitar 5 persen dinilai tetap kokoh dan mencerminkan ketahanan fundamental ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang belum menentu,” tandas Gundy.
Baca juga: Membangun Resiliensi Ekonomi Indonesia di Tengah Badai Global
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang