MAGELANG, KOMPAS.com - Tahun kelima pelaksanaan Pesta Literasi, Gramedia Pustaka Utama menggagas konsep baru dengan melepaskan Jakarta sebagai titik sentral dalam hajatan penggiat literasi itu.
Pesta Literasi kini hadir langsung ke 12 kota/kabupaten di Indonesia, meski masih memuat Jakarta sebagai salah satu destinasi acara.
Kota Magelang, Jawa Tengah, turut dalam etape Pesta Literasi 2025 yang mengambil tema Cerita Khatulistiwa.
Sama seperti di lokasi lain, Gramedia Pustaka Utama menggandeng komunitas literasi–dan kolektif wisata kekinian–setempat untuk menyemarakkan acara tersebut.
Baca juga: Siska Yuliana, Guru Honorer yang Rela Sisihkan Rejeki Demi Tingkatkan Literasi Anak di Desa
Pesta Literasi etape Magelang digelar di Museum Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia pada Minggu (14/9/2025). Kegiatan baca bareng yang dipandu klub baca Sundayreads Club menjadi agenda pembuka pada pagi hari.
Di bawah naungan pohon tabebuya, puluhan anak muda meriung, duduk berkelompok dengan beralaskan tikar seperti sedang piknik. Ada pula golongan sejenis duduk di tempat yang teduh lainnya. Udara segar dan langit bersih.
Tanpa saling berbicara, mereka berfokus pada buku di tangan masing-masing. Suara lalu lalang kendaraan seakan tidak mengusik ketenangan para peserta baca bareng. Selama lebih dari 30 menit, mereka larut dalam bacaan.
Kegiatan berlanjut pada sesi menceritakan isi buku. Tidak semua peserta berbicara, hanya lima orang. Ada anak muda yang menuturkan bacaan yang tengah dibawa, ada pula yang tidak.
Jasmine, misalnya. Siswa kelas VIII ini membawa Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, novel besutan Tere Liye, namun menceritakan karangan alternate universe Hi, Serana Adreena.
Novel garapan Gisela Orealine itu membantu memunculkan semangat Jasmine usai menjalani operasi kepala akibat jatuh dari sepeda listrik dan menghantam batu. Jasmine bilang sempat koma dua hari dan kritis di instalasi gawat darurat.
“Buku itu membuat saya semangat untuk sembuh,” ucapnya.
Perempuan 14 tahun itu baru pertama kali mengikuti kegiatan baca buku bareng. Ia senang ditemani saat membaca, sekalipun tidak ada yang dikenal.
“Kalau sendirian kadang jadi bosan,” tuturnya.
Kisti, founder Sundayreads Club, tidak menyangka jumlah peserta baca bareng dalam Pesta Literasi melebihi angka membaca bersama setiap dua pekan sekali.
“Maksimal 35 orang. Tapi, aku merasa (kali ini) lebih dari 30,” ucapnya kepada Kompas.com.