KOMPAS.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berupaya mengendalikan banjir, salah satunya melalui pembangunan sodetan baru yang menghubungkan Jalan Kaligawe dengan kolam retensi di belakang kawasan Universitas Islam Sultan Agung (Unissula).
Pembangunan sodetan tersebut dapat terlaksana berkat hibah sebagian tanah dari Unissula kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA).
Lewat hibah ini, Unissula dan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) mengizinkan sebagian tanahnya digunakan untuk membuat sodetan sepanjang 50 meter dengan lebar sekitar 4 meter.
Sodetan tersebut nantinya berfungsi mengalirkan air Sungai Sringin ke kolam retensi di area belakang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sultan Agung.
Baca juga: Tanggul Kali Sodetan Jebol, Permukiman Warga Kalibata Terendam 60 Cm
Langkah ini menjadi wujud nyata sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam mengatasi permasalahan banjir yang selama ini melanda kawasan Kaligawe.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng menjelaskan bahwa Kaligawe menjadi salah satu titik genangan terparah di Kota Semarang, khususnya saat curah hujan tinggi dan air dari arah timur tertahan.
Oleh karena itu, ia mengapresiasi Unissula yang telah menghibahkan sebagian tanahnya untuk pembangunan sodetan ini.
“Kami berterima kasih kepada Unissula dan YBWSA yang telah menunjukkan kepedulian luar biasa dengan menghibahkan tanahnya untuk kepentingan publik. Ini bentuk nyata semangat gotong royong dalam penanggulangan banjir,” ucap Agustina.
Baca juga: Banjir Pesisir Semarang: Tantangan Tata Ruang dan Kekuatan Data Geospasial
Dengan adanya sodetan baru ini, diharapkan air dapat langsung dialirkan ke kolam retensi milik Unissula tanpa harus menunggu antrean air di jalur utama.
Selain mendapat dukungan dari Unissula dan YBWSA, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang juga menyambut baik kolaborasi lintas pihak.
Sinergi lainnya datang dari Kementerian PUPR yang berperan aktif membuat desain dan pengerjaan teknis.
“Saya sudah meninjau langsung lokasi sodetan ini bersama tim dari Dirjen SDA Kementerian PUPR. Sodetannya sudah terbentuk dengan baik, kedalamannya cukup, dan lebarnya memadai,” ujar Agustina.
Baca juga: Dirjen SDA Klaim Bendungan Ciawi, Sukamahi, dan Sodetan Ciliwung Sudah Berfungsi Tekan Banjir
Ia menegaskan bahwa jalur pembuangan air dari Kaligawe akan jauh lebih lancar jika nantinya sodetan tersebut telah tersambung 100 persen.
Ke depan, proyek sodetan ini diharapkan mampu menjadi bagian dari sistem manajemen pengelolaan air terpadu di wilayah timur Kota Semarang untuk mengatasi banjir di jalur pantai utara (pantura) Kaligawe secara signifikan.
Terwujudnya pembangunan sodetan di kawasan Unissula ini sekaligus menjadi contoh kolaborasi efektif antara dunia pendidikan, masyarakat, dan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang berorientasi pada kemaslahatan bersama.
Baca juga: Pemerintah Diminta Tuntaskan Sodetan Kali Bekasi untuk Tangani Banjir
Tak hanya hibah tanah, Agustina juga menyoroti inisiatif Unissula dalam menyediakan kolam retensi dan pompa air mandiri di lingkungan kampusnya.
Upaya tersebut menunjukkan komitmen Unissula terhadap keberlanjutan lingkungan dan ketahanan kota terhadap bencana.
“Unissula sudah punya kolam retensi yang besar dan berfungsi baik. Bahkan, mereka juga menyiapkan pompa sendiri untuk membantu kawasan sekitarnya. Ini contoh baik yang patut ditiru,” tegas Agustina.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa Pemkot Semarang bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Dirjen PSDA berkomitmen untuk terus mengonsolidasikan sistem pengaturan pembuangan air di kawasan Kaligawe dan sekitarnya.
Baca juga: Antisipasi Banjir, KAI Tinggikan Rel di Kaligawe Hingga 30 Cm
Setelah penanganan banjir ini, Pemkot Semarang berencana membuat induk pengelolaan air terpadu agar setiap kawasan memiliki sistem pembuangan dan retensi air yang saling terhubung dan terkendali.
“Setelah banjir ini selesai, kami akan duduk bersama dengan pihak Kementerian PUPR, Dirjen SDA, dan semua stakeholder terkait untuk membangun manajemen pengelolaan air yang lebih baik. Ini bukan sekadar proyek fisik, tapi juga upaya menjaga keberlanjutan kota,” kata Agustina.