Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Maman Silaban
Konsultan Individu

Aktivis dan peneliti; Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, IPB University.

Setahun Prabowo-Gibran: Antara Janji Lapangan Kerja dan Realitas Upah Tak Seimbang

Kompas.com - 21/10/2025, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pemerintah memang telah menggalakkan pelatihan vokasi dan sertifikasi, tapi sering kali keterampilan yang diajarkan tidak sesuai dengan kebutuhan industri.

Dunia kerja butuh tenaga siap pakai, sementara lembaga pelatihan masih sibuk dengan kurikulum lama. Akibatnya, banyak orang punya ijazah dan sertifikat, tapi tetap menganggur.

Kesenjangan ini menciptakan paradoks: di satu sisi perusahaan kekurangan tenaga kerja terampil, di sisi lain ada jutaan pencari kerja yang tak tertampung.

Padahal, dalam teori ekonomi tenaga kerja, upah seharusnya mencerminkan produktivitas. Jika produktivitas meningkat, maka upah pun naik.

Namun kenyataannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil selama lima tahun terakhir tidak diikuti oleh kenaikan upah riil yang berarti. Yang naik hanyalah angka nominalnya; daya belinya tetap menurun karena inflasi dan biaya hidup tinggi.

Banyak yang mengatakan, setahun pertama pemerintahan Prabowo – Gibran adalah masa transisi. Itu benar. Namun, transisi seharusnya bukan alasan untuk berjalan lamban.

Tahun pertama semestinya menjadi landasan kuat untuk mengarahkan arah pembangunan ekonomi rakyat: memperkuat industri padat karya modern, memperluas lapangan kerja formal, dan memastikan kebijakan upah mengikuti garis kemiskinan lokal, bukan sekadar rumus inflasi nasional.

Kita perlu keberanian politik untuk memperbaiki cara penetapan upah agar lebih adil antarwilayah.

Baca juga: Ketika Raja Terlalu Percaya kepada Lingkaran Dalamnya

Selama ini, daerah-daerah dengan biaya hidup tinggi justru memiliki upah riil lebih rendah. Jika ini dibiarkan, maka kesenjangan wilayah akan makin tajam, dan bonus demografi bisa berubah menjadi beban demografi.

Namun, bukan berarti segalanya suram. Ada tanda-tanda baik. Pemerintah mulai serius mendorong hilirisasi industri di luar Jawa, memperluas investasi energi hijau, dan memperkuat koperasi desa.

Program ketahanan pangan dan kampung nelayan, jika dijalankan dengan benar, bisa menciptakan jutaan pekerjaan baru di akar ekonomi rakyat. Syaratnya satu: harus disertai peningkatan produktivitas dan jaminan upah layak.

Pemerintah juga perlu memastikan bahwa kebijakan fiskal mendukung penciptaan pekerjaan berkualitas.

Insentif pajak bagi perusahaan yang membuka lapangan kerja formal, bantuan sosial untuk pekerja informal, dan penguatan perlindungan jaminan sosial bisa menjadi kombinasi kebijakan yang memperbaiki keseimbangan pasar tenaga kerja.

Satu tahun pemerintahan Prabowo – Gibran memberi pelajaran penting: menciptakan lapangan kerja tidak cukup dengan membangun proyek, melainkan dengan membangun manusia.

Lapangan kerja tanpa peningkatan kualitas SDM hanya akan menciptakan roda ekonomi yang berputar tanpa arah. Bonus demografi tidak akan membawa berkah jika tenaga kerja produktif hanya menjadi buruh murah di negeri sendiri.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 3 November 2025: UBS dan Galeri24 Turun Lagi
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 3 November 2025: UBS dan Galeri24 Turun Lagi
Belanja
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau