Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang RDG, BI Disarankan Tak Pangkas Suku Bunga Acuan

Kompas.com - 22/10/2025, 08:30 WIB
Debrinata Rizky,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) merekomendasikan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai, langkah mempertahankan BI Rate menjadi pilihan paling tepat di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan arus keluar dana asing yang meningkat.
Sepanjang 17 September hingga 17 Oktober 2025, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih surat utang pemerintah senilai 1,88 miliar dollar AS.

"Bank Indonesia perlu menjaga stabilitas rupiah dan mengembalikan kepercayaan investor terhadap independensi kebijakan moneter. Menahan suku bunga di 4,75 persen akan membantu meredam tekanan tersebut," jelas Riefky dalam laporannya pada Rabu (22/10/2025).

Baca juga: BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen, Risiko Outflow Masih Tinggi

Dalam laporannya, LPEM FEB UI mencatat inflasi tahunan pada September 2025 naik menjadi 2,65 persen (year-on-year) dari 2,31 persen pada bulan sebelumnya.

Kenaikan inflasi terutama dipicu oleh harga bahan pangan bergejolak, seperti cabai merah dan daging ayam ras, akibat gangguan pasokan dan kenaikan biaya produksi.

Meski begitu, tingkat inflasi tersebut masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia, yakni 1,5–3,5 persen, sehingga tidak memerlukan kebijakan pengetatan tambahan.

Di sisi lain, pelonggaran moneter yang terlalu agresif dinilai dapat memperdalam pelemahan rupiah yang telah terdepresiasi sekitar 3,05 persen sepanjang tahun berjalan.

Baca juga: Sebulan Purbaya Menjabat: Suntik Rp 200 Triliun ke Bank Himbara, Likuiditas Longgar dan Suku Bunga Turun

LPEM FEB UI juga menyoroti penurunan cadangan devisa yang mencapai 1,97 miliar dollar AS menjadi 148,7 miliar dollar AS pada September 2025.

“Menahan suku bunga menjadi langkah bijak di tengah tekanan eksternal dan persepsi dominasi fiskal yang muncul akibat program burden sharing,” kata Riefky.

Dengan kondisi global yang masih dipenuhi ketidakpastian, termasuk perang di Timur Tengah dan risiko perlambatan ekonomi Amerika Serikat, LPEM FEB UI menilai prioritas utama Bank Indonesia saat ini adalah menjaga stabilitas nilai tukar dan kepercayaan pasar, bukan menambah stimulus moneter.

Baca juga: Persaingan Rebut Nasabah Kaya Masih Sehat, Meski Tren Suku Bunga Turun

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau