KOMPAS.com - Warren Buffett, salah satu investor dan CEO paling sukses di dunia, dikenal bukan karena gaya hidup mewahnya, melainkan karena gaya hidup sederhana dan pengelolaan keuangan yang bijak.
“Oracle of Omaha” ini telah menjalani hidup selama puluhan tahun dengan filosofi hemat secara sadar dan alokasi modal yang cerdas.
Pelajarannya tentang apa yang tidak perlu dibeli sama berharganya dengan nasihat investasinya—terutama bagi masyarakat kelas menengah yang berjuang membangun kekayaan di tengah biaya hidup yang terus meningkat.
Kenyataannya, banyak keluarga kelas menengah gagal bukan karena mereka tidak cukup berpenghasilan, tetapi karena mereka menghabiskan uang untuk hal-hal yang justru merusak masa depan finansial mereka. Kehidupan dan ajaran Buffett memberi peta jalan untuk keluar dari siklus itu.
Baca juga: Survei: Kelas Menengah Kini Fokus ke Kebutuhan Pokok ketimbang Gaya Hidup
Ia masih tinggal di rumah sederhana yang dibelinya puluhan tahun lalu di Omaha, mengendarai mobil biasa, dan menghindari kemewahan yang dianggap penting oleh orang-orang sekaya dirinya.
Pendekatannya bukan tentang menahan diri, tetapi tentang mengalokasikan uang pada hal-hal yang benar-benar membangun kekayaan jangka panjang, bukan status sementara.
Kehidupan Warren Buffett adalah pelajaran tentang kesederhanaan yang disiplin. Ia menghindari pengeluaran yang menurunkan nilai, menambah utang, atau hanya untuk memuaskan ego. Sebaliknya, ia memprioritaskan waktu, ketenangan, dan kepemilikan aset yang tumbuh nilainya.
Bagi kelas menengah, mengikuti filosofi Buffett bukan berarti hidup pelit, melainkan hidup dengan tujuan. Biarkan uang Anda bekerja untuk masa depan, bukan untuk kesenangan sesaat.
Jalan menuju kekayaan bukan sekadar menghasilkan lebih banyak uang, melainkan menghentikan kebiasaan finansial yang merugikan dan mengarahkan uang pada hal-hal yang benar-benar menciptakan kebebasan dan keamanan jangka panjang.
Pekerja pulang dari kantor di Jalan Embong Malang, Surabaya, Senin (26/2/2024). Saat ini, sebagian besar kelas menengah usia 17-40 tahun kerepotan mengatur pengeluaran.Buffett dikenal selalu mengendarai mobil sederhana selama puluhan tahun. Ia pernah berkata, ia hanya butuh “mobil yang bisa membawanya ke tempat tujuan.” Bukan karena ia tidak mampu membeli mobil mewah, tetapi karena ia paham biaya peluang.
Ketika membeli mobil baru, nilainya langsung turun begitu keluar dari dealer. Penurunan nilai itu adalah uang nyata yang seharusnya bisa diinvestasikan dan berkembang menjadi kekayaan masa depan.
Pesan Buffett jelas: kecuali Anda benar-benar mampu tanpa terganggu oleh depresiasi, hindari pembelian mobil berdasarkan emosi atau status. Pilih mobil bekas berkualitas yang nilainya stabil agar modal bisa dialihkan ke investasi yang bernilai tumbuh.
Buffett pernah menyebut utang kartu kredit sebagai “bencana finansial.” Ia selalu menasihati mahasiswa untuk segera melunasinya karena itu adalah “investasi terbaik” yang bisa dilakukan.
Jika bunga kartu kredit mencapai 18 persen, berarti Anda menjamin diri sendiri rugi. Sementara pasar saham dalam jangka panjang justru memberikan hasil positif.