Masalahnya bukan hanya bunganya, tapi pola pikirnya. Banyak keluarga kelas menengah memakai kartu kredit untuk membiayai gaya hidup, bukan aset. Mereka membeli pakaian, gadget, dan makan di luar dengan uang pinjaman yang berbunga tinggi.
Setiap rupiah untuk bunga adalah rupiah yang tidak diinvestasikan untuk masa depan. Orang kaya memahami hal ini, sementara kelas menengah sering menganggap utang konsumtif sebagai hal normal.
Buffett masih tinggal di rumah yang dibelinya tahun 1958 seharga 31.500 dolar AS. Ia tidak tertarik membeli rumah megah, padahal mampu. Alasannya sederhana: membeli rumah terlalu besar mengikat modal yang seharusnya bisa menghasilkan keuntungan di tempat lain.
Banyak orang kelas menengah memaksakan diri membeli rumah di batas maksimal pinjaman bank, lalu terjebak cicilan panjang, biaya perawatan, pajak, dan asuransi.
Menurut Buffett, rumah adalah tempat tinggal, bukan simbol status. Ukuran keberhasilan sejati adalah kebebasan finansial, bukan luas rumah.
Buffett tidak tertarik dengan barang-barang prestise seperti jam tangan mahal, tas desainer, kapal pesiar, atau mobil sport. Ia pernah berkata, “Uang tidak bisa membeli kebahagiaan.”
Budaya konsumtif membuat banyak orang kelas menengah berusaha terlihat kaya daripada benar-benar kaya. Setiap rupiah untuk pamer status adalah kehilangan peluang menumbuhkan kekayaan.
Orang kaya membeli aset yang menghasilkan pendapatan, sementara kelas menengah membeli barang yang nilainya turun dan butuh biaya tambahan untuk dipelihara.
Buffett berkali-kali memperingatkan bahaya spekulasi—dari saham berisiko tinggi hingga kripto yang tak jelas nilainya. Ia menyebutnya “cara memindahkan uang dari orang yang tidak sabar ke orang yang sabar.”
Alih-alih mengejar keuntungan cepat, Buffett menekankan pentingnya investasi jangka panjang pada bisnis berkualitas. Kesabaran dan disiplin adalah pembeda antara pembangun kekayaan sejati dan mereka yang kehilangan segalanya.
Banyak orang kelas menengah tergoda mencari jalan pintas untuk kaya, padahal justru kehilangan uang karena tidak sabar. Buffett percaya: kekayaan dibangun dengan waktu, bukan keberuntungan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang