Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aznil Tan
Direktur Eksekutif Migrant Watch

Direktur Eksekutif Migrant Watch

Revolusi Ketenagakerjaan untuk Gen Z

Kompas.com - 02/11/2025, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM cerita klasik The Emperor’s New Clothes, seorang raja diperdaya oleh dua penipu yang mengaku membuat pakaian ajaib yang hanya bisa dilihat oleh orang bijak.

Karena takut dianggap bodoh, semua pejabat berpura-pura memujinya. Hingga akhirnya, seorang anak kecil berteriak jujur, “Raja tidak memakai apa-apa!”

Kadang bangsa ini seperti sang raja. Kita tahu sistemnya salah, tetapi pura-pura baik-baik saja. Kita rayakan kebijakan lama dengan istilah baru, seolah-olah ganti nama berarti ganti nasib.

Setiap kali masalah muncul lagi, kita berpura-pura terkejut—padahal jauh di dalam hati, kita semua tahu: raja memang tak pernah berpakaian.

Kita menjadi bangsa yang sibuk, tetapi tidak bergerak maju. Persoalan lama terus dibahas dengan istilah baru, dan kita bangga karena rodanya masih berputar, padahal arah kita tetap di titik semula.

Persoalan yang sama muncul, dibahas, lalu dilupakan—hingga suatu hari kembali dengan wajah yang serupa.

Maka ketika isu pengangguran di kalangan muda kembali mencuat dalam pembicaraan publik, tak seorang pun benar-benar terkejut. Seolah-olah ini hanya bagian dari siklus tahunan yang terus berulang tanpa penyelesaian nyata.

Pada Februari 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis data yang menunjukkan bahwa penyakit lama itu belum juga sembuh: angkatan muda Indonesia tetap menjadi kelompok paling rentan terhadap pengangguran.

Baca juga: Gen Z yang Terabaikan (Lagi) dari Panggung Kebijakan

Fenomena ini bukan sekadar deretan angka yang datang dan pergi setiap tahun, melainkan cerminan dari persoalan struktural yang tak kunjung terselesaikan— kenyataan yang menandakan bahwa sistem ketenagakerjaan nasional belum mampu menjawab dinamika zaman dan kebutuhan generasi mudanya.

Kelompok usia 15 hingga 24 tahun, yang secara demografis termasuk Generasi Z, kembali mencatatkan diri sebagai segmen dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Indonesia.

Jumlah penganggur dalam kelompok ini diperkirakan mencapai sekitar 3,5 juta orang—lebih dari separuh total pengangguran nasional.

Dengan kata lain, lebih dari separuh penganggur di negeri ini adalah anak muda.
Kenyataan ini memperlihatkan adanya persoalan mendasar dalam sistem ketenagakerjaan nasional: lembaga pendidikan belum menyiapkan keterampilan relevan, dunia industri belum cukup adaptif, dan kebijakan negara belum berpihak pada penciptaan lapangan kerja nyata.

Masalah ini bukan sekadar sulitnya mencari pekerjaan. Ia adalah cermin dari ketimpangan serius antara sistem pendidikan dan kebutuhan ekonomi riil yang terus berubah.

Dunia kerja kini menuntut keterampilan adaptif, teknis, dan kontekstual. Sementara sistem pendidikan masih berjalan di atas rel lama yang lebih menekankan teori ketimbang kemampuan praktis.

Akibatnya, jutaan lulusan terjebak di antara dua dunia yang tak pernah bertemu: dunia pendidikan yang penuh idealisme dan dunia kerja yang menuntut pragmatisme.

Mereka memiliki ijazah, tapi tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan pasar. Mereka punya semangat, tapi sistem tidak memberi jalan untuk memulainya.

Dalam jangka panjang, situasi ini melahirkan frustrasi sosial, menurunkan produktivitas nasional, dan mengikis kepercayaan diri generasi muda terhadap institusi negara.

Lebih memprihatinkan lagi, kelompok NEET (Not in Education, Employment, or Training)—yakni mereka yang tidak bekerja, tidak bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan—mencapai 9,9 juta jiwa.

Itu berarti hampir satu dari sepuluh anak muda Indonesia benar-benar terlepas dari aktivitas produktif.

Halaman:


Terkini Lainnya
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
Ekbis
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau