Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senasib Pemerintah Korup, Warga Asia Tenggara Dukung Demo Indonesia

Kompas.com - 06/09/2025, 14:04 WIB
BBC INDONESIA,
Shintaloka Pradita Sicca

Tim Redaksi

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Melalui pesanan makanan dan minuman untuk pengemudi ojek online, warga Asia Tenggara meretas batas-batas negara atas nama kemanusiaan untuk rangkaian aksi di Indonesia.

Kepedulian timbul karena mereka menghadapi problematika serupa di negaranya. Media sosial punya peran menyebarluaskannya.

Selama sepekan, 25-31 Agustus 2025, gelombang unjuk rasa terjadi di berbagai kota di Indonesia.

Baca juga: Cerita Demo Melbourne Bergerak, Amarah Diaspora RI pada Pemerintah Indonesia

Semula, para pengunjuk rasa memprotes gaji dan tunjangan DPR hingga sulitnya mencari kerja.

Namun aksi membesar pada 28 Agustus 2025, ketika pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan meninggal akibat dilindas kendaraan taktis polisi.

Peristiwa ini mengetuk hati warga dari sejumlah negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.

Tagar SEAblings kemudian tersebar di media sosial dengan modifikasi warna pink-hijau-biru yang merupakan warna perlawanan saat ini.

Di Malaysia, sekelompok orang yang tergabung dalam Mandiri Malaysia menggelar unjuk rasa di depan KBRI Kuala Lumpur pada Selasa (2/9).

Baca juga: Media Asing Soroti Simbol Pink-Hijau dalam Demo Indonesia

Pengarah eksekutif Mandiri Malaysia, Amir Hadi, menyampaikan unjuk rasa tersebut merupakan aksi solidaritas terhadap para demonstran di Indonesia.

Menurutnya, solidaritas lahir karena faktor serumpun, seperti bahasa, budaya, dan sejarah.

Rasa kebersamaan sebagai negara yang bersaudara juga melahirkan empati walau terkadang ada percikan konflik karena sepak bola atau produk budaya.

Di sisi lain, Malaysia juga tengah dilanda masalah meninggalnya Zara Qairina akibat perundungan yang merupakan dampak dari ketidakadilan sistemik.

Soal reformasi yang dijanjikan pemerintah juga tidak pernah terwujud sehingga masyarakat kecil terus berupaya melawan elite.

"Faktor-faktor ini membuat kami merasa dekat dengan apa yang dilalui rakyat Indonesia," ucap Amir.

Demonstran Malaysia menggelar aksi solidaritas untuk rakyat Indonesia di depan Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur, Selasa (2/9).EPA via BBC Indonesia Demonstran Malaysia menggelar aksi solidaritas untuk rakyat Indonesia di depan Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur, Selasa (2/9).

Baca juga: Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat

Bagaimana solidaritas dari luar negeri bermula?

Di tengah hiruk pikuk menginfokan kabar terbaru terkait aksi yang berlangsung tanpa jeda, akun X milik @barengwarga mengucapkan terima kasih kepada Yammi selaku pemilik akun @sighyam.

Terima kasih disampaikan karena Yammi telah bersolidaritas membantu para pengemudi ojek online dengan membelikan makanan dan minuman melalui pesanannya.

Dalam unggahannya, Yammi yang merupakan warga Thailand memberikan panduan cara memesan makanan dan minuman dengan tujuan Jakarta.

Ia juga mengajak warga di luar Indonesia berdonasi kebutuhan medis juga melalui aplikasi ojek daring tersebut.

Tanpa perlu waktu lama, langkah Yammi mendapat respons dari banyak warga Singapura dan Malaysia.

Tidak ketinggalan, warga Filipina dan Brunei Darussalam juga berkontribusi dengan cara serupa.

Tara (34) yang tinggal di Cebu, Filipina mengatakan solidaritas untuk pengemudi ojek online timbul karena pengalaman pribadi saat berlibur di Indonesia.

"Saya berkeliling Asia Tenggara baru-baru ini, termasuk Indonesia dan selalu menggunakan ojek online. Mereka selalu ramah. Saya merasa, saya harus membantu mereka. Cara yang bisa saya lakukan saat ini adalah mengirimkan makanan," ungkap Tara kepada wartawan Riana A Ibrahim yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Ia juga mengaku terinspirasi dengan pergerakan masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan yang berani menggugat ketidakadilan dan pemerintah yang korup.

Dia kemudian memikirkan cara agar para warga Filipina juga bisa turut serta.

Baca juga: 211 Organisasi HAM Kecam Kekerasan Aparat RI dalam Pengamanan Demo

Meski terdapat kendala bahasa, ia berupaya melalui media sosial untuk memperoleh instruksi dalam Bahasa Indonesia yang dapat diteruskan kepada para pengemudi ojek online. Kadang ia juga menerjemahkan lagi ke dalam bahasa Filipina agar dapat dipahami juga oleh warga Filipina.

Selain panduan, ia mendorong agar pengiriman tidak hanya di Jakarta tapi juga bisa ke daerah lain. Pesanan dari Filipina, Jepang, dan Hong Kong pun meluas ke Bali hingga Makassar.

"Sejak awal, saya terpikir melakukan ini. Kemudian, saya melihat semua orang melakukannya. Jadi, saya pikir kami sepemikiran. Ternyata tidak hanya di Asia Tenggara. Ada Jepang, Swedia, sampai Amerika Serikat, mungkin mereka pakai VPN ya," ucap Tara.

Taufik, pengemudi ojek online, yang dijumpai di kawasan Batu Sari, Jakarta Barat mengucapkan terima kasih dan mengaku terbantu dengan pesanan dari luar negeri tersebut.

"Orderan kan sepi. Ini ngebantu banget. Terus buat kita makanannya, juga jadi makin ngebantu," ujarnya yang pernah memperoleh pesanan solidaritas ini yang tujuannya ke Hotel Shangrilla Jakarta.

Tara bercerita, kabar dari Indonesia diperolehnya melalui Tik Tok dan Instagram.

"Awalnya, sulit dimengerti karena tidak ada terjemahan dalam bahasa Inggris. Tapi kemudian ada yang menjelaskan dengan terjemahan dan ada utas dari mahasiswa juga yang membuat saya mulai paham masalahnya," ujar Tara.

Para mahasiswa dan komunitas diaspora di Melbourne, Australia melakukan aksi di Federation Square, Melbourne, Selasa (02/09)Dok. Melbourne Bergerak via BBC Indonesia Para mahasiswa dan komunitas diaspora di Melbourne, Australia melakukan aksi di Federation Square, Melbourne, Selasa (02/09)

Baca juga: Alasan Prabowo Tetap ke China meski Marak Demo di Indonesia

Menurut dia, Filipina juga memiliki masalah serupa. "Kita semua orang baik, bahkan dalam situasi sulit sekalipun. Hanya saja pemerintah kita sama buruk dan korupnya," kata Tara.

Ia terkesan melihat keberanian masyarakat Indonesia yang bisa menggerakkan banyak massa sampai ke depan gedung parlemen dan beberapa titik penting lainnya.

Di Filipina, gerakan melawan pemerintah yang korup pernah dilakukan tapi usai banyak korban dari peristiwa saat itu, penduduknya ragu untuk bersuara.

"Sekarang, kami juga belum bersatu seperti di Indonesia. Kami lebih banyak saling bertengkar karena ada kelompok yang membela politisi korup akibat informasi di media. Sulit juga untuk mengedukasi karena sudah punya pendirian masing-masing," ucap Tara.

"Tapi melihat kalian semua bersama melawan politisi korup. Itu sangat menginspirasi dan kenapa saya tidak mendukung kalian untuk hal ini? Siapa tahu ini juga bisa menginspirasi warga Filipina. Saya yakin hanya masalah waktu," katanya.

Ia berharap gerakan di Indonesia kali ini membuahkan hasil, sehingga tercipta pemerintah yang transparan dan akuntabel.

"Kami hanya melakukan di media sosial. Tapi, kalian benar-benar turun ke jalan. Itu memotivasi sekali," imbuhnya.

Selain itu, para diaspora Indonesia di berbagai belahan dunia juga tengah beraksi.

Mereka menyuarakan tuntutannya dari New York, Melbourne, Canberra, London, Glasgow, dan Den Haag.

Baca juga: Parlemen ASEAN untuk HAM Kecam Kekerasan Aparat RI dalam Demo

Seberapa penting media sosial dalam aksi solidaritas?

Tara dari Filipina dan Amir dari Malaysia meyakini besarnya peran media sosial dalam menyebarkan situasi di Indonesia yang kemudian berbuah solidaritas. Tara mengatakan sudah semestinya media sosial difungsikan untuk menggalang kekuatan dan solidaritas dalam kemanusiaan.

"Bagaimana kalian di Indonesia menyikapi ini berbeda cara dengan kami di sini (Filipina). Saya tahu media mulai dibatasi. Ada orang-orang yang meninggal. Itu menakutkan, tapi kalian di media sosial tetap saling berbagi informasi. Itu sangat menginspirasi," kata Tara.

Pemerhati Budaya dan Komunikasi Digital, Firman Kurniawan, menjelaskan solidaritas warga di Asia Tenggara pada pengemudi ojek online sepanjang unjuk rasa menuntut perbaikan Indonesia, merupakan "perwujudan dari network society" atau "masyarakat yang berjejaring".

"Ini bukan merupkan gejala baru. Sejak terhubungnya komputer dengan internet, bentuk masyarakat yang berjejaring ini sudah menjadi realitas," ujar Firman.

"Gerakan Arab Spring 2010 maupun Wallstreet Occupied yang tak lama setelahnya, merupakan bukti bahwa pada suatu peristiwa tak terjadi pembatasan yang bersifat lokal atau hanya berpusat di tempat yang mengalami peristiwa. Peristiwa itu terdistribusi global," lanjutnya.

Media sosial merupakan sarana efektif yang menginformasikan peristiwa dengan membawa emosi yang ada di dalamnya. "Rasa marah, geram, sedih, prihatin terdistribusi real time melalui konten. Seluruhnya dapat dirasakan konsumen konten, tertular emosi yang membuncah," kata Firman.

Di sisi lain, ia berkata media sosial tidak hanya mengamplifikasi gerakan tapi juga menguak segala hal di baliknya.

Misal pada kasus pengemudi ojek online Affan Kurniawan, publik di luar Indonesia ikut mengetahui kisah dan kehidupan Affan yang jauh dari sejahtera hingga tetap bekerja di tengah risiko kekerasan dalam unjuk rasa.

"Ini membangkitkan simpati yang juga menular sebagai gerakan untuk meringankan penderitaan para pengemudi ojek online," ujar Firman.

Sementara itu, para diaspora Indonesia, termasuk para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri, yang turut bergerak juga memanfaatkan media sosial untuk menyatukan kekuatan, kata Firman.

"Selain gerakan itu sebagai bukti kecintaan pada tanah airnya, tak tertutup para diaspora terimbas oleh kebijakan-kebijakan pemerintah selama ini. Diaspora mengirimkan keprihatinannya dalam wujud konten, yang merepresentasikan unjuk rasa yang turut dilakukannya."

Baca juga: Demo Diaspora Indonesia di Jerman, Kecam Rezim di Tanah Air: Rakyat Tak Akan Tinggal Diam

Diaspora Indonesia bergerak

"Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan!"

Pekikan Pipin Jamson diikuti ratusan diaspora Indonesia yang berkumpul di Federation Square, Melbourne, pada Selasa (02/09). Selanjutnya, aksi yang dilakukan berupa orasi, pembacaan puisi, bernyanyi, berdoa bersama, dan memberikan pernyataan bersama.

Di berbagai belahan benua lain, diaspora Indonesia juga beraksi dan menyatakan tuntutannya. Berikut sejumlah tuntutannya kepada Presiden Prabowo Subianto, Kapolri, TNI, dan DPR:

  1. Hentikan kekerasan polisi terhadap demonstran dan bebaskan seluruh demonstran yang ditahan secara sewenang-wenang;
  2. Hentikan pembungkaman ekspresi berupa pemutusan dan pembatasan akses dan manipulasi informasi digital, tekanan pada institusi pers dan perguruan tinggi, maupun kriminalisasi kritik;
  3. Bentuk Tim Independen untuk melakukan investigasi kasus pembunuhan Affan Kurniawan, Muhamad Akbar Basri, Syahrina Wati, Syaiful Akbar, Rusdam Diansyah, Rheza Sendy Pratama, Andika Lutfi Falah, Sumari, Iko Juliant Junior, Septinus Sesa, dan korban kekerasan aparat bersenjata lainnya, yang bekerja dengan transparan dan akuntabel;
  4. Sediakan layanan pemulihan bagi para korban dan keluarga korban kekerasan;
  5. Hentikan dan mencabut pelibatan TNI pada jabatan sipil serta dalam pengamanan aksi;
  6. Presiden untuk meminta maaf dan mencabut tuduhan makar dan terorisme pada rakyat Indonesia;
  7. Reformasi menyeluruh pada instansi Polri dengan membatasi kewenangan dan membentuk mekanisme pengawasan independen yang akuntabel;
  8. Tinjau ulang semua kebijakan sektor ekonomi yang merugikan rakyat dan memprioritaskan APBN untuk kepentingan pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan pembukaan lapangan kerja;
  9. Batalkan kenaikan gaji, tunjangan, fasilitas, dan pensiun anggota DPR;
  10. DPR dan ketua partai politik untuk berhentikan anggota DPR yang melanggar etik dan menimbulkan kemarahan rakyat;
  11. Reformasi sistem partai politik dan pemilihan umum yang partisipatif, transparan dan akuntabel.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Staf KBRI di Peru Tewas Ditembak | PBB Komentari Demo Indonesia

Sebelum di Melbourne, tuntutan ini disampaikan para mahasiswa dan komunitas diaspora Indonesia di New York melalui KJRI pada Senin (01/09).

Mereka melakukan long-march dari Central Park sampai KJRI. Usai menyampaikan tuntutan, mereka melakukan doa bersama sambil menyalakan lilin dan meletakkan bunga untuk menghormati 10 orang korban meninggal sepanjang aksi sepekan lalu.

Di Berlin, tim Jerman Bergerak juga sudah melakukan aksi serupa pada Minggu (31/08). Aksi selanjutnya dijadwalkan pada Kamis (04/09) di Bonn dan pada Minggu (07/09) di Hannover.

Selain di Bonn, Jerman, para diaspora Indonesia di Den Haag, Belanda, di Canberra, Australia, dan di London, Inggris Raya juga akan melakukan aksi pada Kamis (04/09).

"Kami mendesak semua pihak untuk menghentikan kekerasan agar tidak ada lagi korban sipil, khususnya bagi aparat keamanan yang punya akses terhadap senjata dan instrumen kekerasan," kata Perwakilan akademisi Indonesia di Inggris Raya, Ahmad Umar.

"Kami mendesak pemerintah bertanggungjawab atas meninggalnya korban sipil. Tanggung jawab pemerintah sangat penting. Pemerintah juga harus mengakomodasi tuntutan gerakan masyarakat sipil terutama reformasi kepolisian, perbaikan kebijakan, dan menolak gaya hidup mewah pejabat Indonesia," imbuh Ahmad.

Artikel ini pernah tayang di BBC Indonesia dengan judul Dukungan warga Malaysia dan negara lain untuk aksi di Indonesia – 'Pemerintah kita sama buruk dan korup'.

Baca juga: Warga Malaysia Peduli Demo Indonesia, Ramai-ramai Kirim Makanan via Ojol

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Berjuluk 'Pangeran Capung', Hisahito Diprediksi Jadi Kaisar Jepang Terakhir 
Berjuluk "Pangeran Capung", Hisahito Diprediksi Jadi Kaisar Jepang Terakhir 
Global
Sudah Tajir, Elon Musk Akan Diguyur Rp 15 Kuadriliun dari Tesla
Sudah Tajir, Elon Musk Akan Diguyur Rp 15 Kuadriliun dari Tesla
Global
Drone Houthi Tembus Pertahanan Israel, Sirene Peringatan Tak Bunyi
Drone Houthi Tembus Pertahanan Israel, Sirene Peringatan Tak Bunyi
Global
Profil Shigeru Ishiba, PM Jepang yang Mundur Usai Menjabat Setahun
Profil Shigeru Ishiba, PM Jepang yang Mundur Usai Menjabat Setahun
Global
Rusia Lancarkan Serangan Udara Tebesar, Hantam Kompleks Pemerintahan Ukraina 
Rusia Lancarkan Serangan Udara Tebesar, Hantam Kompleks Pemerintahan Ukraina 
Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Aksi Solidaritas Pemuda Malaysia, Kapal Rp 16 Miliar Tenggelam Setelah Diluncurkan
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Aksi Solidaritas Pemuda Malaysia, Kapal Rp 16 Miliar Tenggelam Setelah Diluncurkan
Global
PM Jepang Shigeru Ishiba Mundur, Ini 2 Kandidat Penggantinya
PM Jepang Shigeru Ishiba Mundur, Ini 2 Kandidat Penggantinya
Global
Selundupkan 362 Berlian Rp 5,2 Miliar ke Vietnam, Pria India Dipenjara 7 Tahun
Selundupkan 362 Berlian Rp 5,2 Miliar ke Vietnam, Pria India Dipenjara 7 Tahun
Global
Rumah Ibu Isaac Newton Ditemukan, Buka Sejarah Keluarga Sang Ilmuwan
Rumah Ibu Isaac Newton Ditemukan, Buka Sejarah Keluarga Sang Ilmuwan
Global
Balas Kematian PM, Houthi Yaman Tembakkan 3 Drone ke Arah Israel
Balas Kematian PM, Houthi Yaman Tembakkan 3 Drone ke Arah Israel
Global
Siapa Santo Carlo Acutis yang Baru Saja Dikanonisasi Paus Leo XIV?
Siapa Santo Carlo Acutis yang Baru Saja Dikanonisasi Paus Leo XIV?
Global
Pria Asing Diam-diam Huni Ruang Bawah Tanah Rumah Orang, Ada Listrik dan Kasur
Pria Asing Diam-diam Huni Ruang Bawah Tanah Rumah Orang, Ada Listrik dan Kasur
Global
Vaksin Kanker Buatan Rusia 2025 Diluncurkan dan Siap Digunakan
Vaksin Kanker Buatan Rusia 2025 Diluncurkan dan Siap Digunakan
Global
Kelompok Bersenjata Palestina Luncurkan 2 Roket ke Israel
Kelompok Bersenjata Palestina Luncurkan 2 Roket ke Israel
Global
Carlo Acutis Jadi Santo Milenial Pertama, Dijuluki 'Influencer Tuhan'
Carlo Acutis Jadi Santo Milenial Pertama, Dijuluki "Influencer Tuhan"
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau