“Kasus memang meningkat, tetapi angka kematian menurun. Pengujian agresif dan diagnosis dini telah meningkatkan harapan hidup, strategi unik yang dikembangkan Kerala,” jelas Aravind Reghukumar, pakar penyakit menular dari Medical College and Hospital, Thiruvananthapuram.
Ahli lain, TS Anish dari Kerala One Health, menambahkan bahwa perubahan iklim ikut berperan besar. Suhu air yang lebih hangat di negara bagian pesisir ini membuat amoeba berkembang lebih cepat.
Baca juga: Pengertian Amoeba, Ciri-ciri, dan Klasifikasinya
Dilansir dari NDTV, Rabu (17/9/2025), Naegleria fowleri masuk ke tubuh manusia melalui rongga hidung saat berenang, menyelam, atau mandi di air tawar hangat yang terkontaminasi.
Dari sana, amoeba menembus jalur saraf penciuman menuju otak. Menariknya, menelan air terkontaminasi tidak menyebabkan infeksi.
Gejala awal PAM mirip meningitis bakteri: sakit kepala, demam, mual, dan muntah. Namun, perkembangan penyakit sangat cepat.
Dalam hitungan jam, infeksi bisa memicu pembengkakan otak yang berujung fatal.
Karena itulah, sebagian besar pasien baru terdiagnosis ketika kondisinya sudah parah.
Hanya mereka yang mendapatkan deteksi dini dan segera diberi koktail obat antimikroba yang memiliki peluang bertahan hidup.
Pemerintah Kerala kini memperluas kapasitas laboratorium mikrobiologi di seluruh distrik untuk mendukung pengujian cepat.
Masyarakat diminta segera mencari pertolongan medis bila mengalami gejala mirip meningitis setelah kontak dengan air tawar tergenang.
Dengan langkah agresif ini, pemerintah berharap bisa menekan angka kematian dari penyakit yang selama ini hampir selalu berujung tragis.
Baca juga: Amoeba Pemakan Otak, Mungkinkah Jadi Pandemi dan Masuk ke Indonesia?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang