KOMPAS.com - Otoritas kesehatan di Kerala, India Selatan, tengah menghadapi ancaman serius berupa lonjakan infeksi otak langka yang dikenal sebagai Meningoensefalitis Amoeba Primer (PAM).
Penyakit mematikan ini disebabkan oleh Naegleria fowleri, yakni amoeba yang kerap dijuluki “pemakan otak.”
Menurut laporan Independent, Kamis (18/9/2025), sejak awal tahun sudah tercatat sedikitnya 70 kasus dengan 19 kematian, termasuk sembilan pasien yang meninggal hanya dalam sebulan terakhir.
Korban berasal dari berbagai usia, mulai bayi tiga bulan hingga perempuan paruh baya berusia 52 tahun.
Sebagian besar pasien dirawat di rumah sakit di distrik Kozhikode sejak pertengahan Agustus, namun nyawanya tak tertolong.
Baca juga: Amoeba Pemakan Otak Ditemukan di Texas, AS, Ini Penjelasan Ahli LIPI
Menteri Kesehatan Kerala, Veena George, menyebut situasi ini sebagai tantangan kesehatan masyarakat yang mendesak.
Jika sebelumnya kasus PAM terkonsentrasi dalam klaster di wilayah tertentu, kini penyebarannya sporadis tanpa kaitan dengan satu sumber air.
“Tidak seperti tahun lalu, kami tidak menemukan klaster dari satu sumber air. Kasus kali ini muncul terisolasi, dan hal ini menyulitkan investigasi epidemiologi,” ujarnya.
Naegleria fowleri umumnya berkembang di perairan tawar yang hangat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran penularan bisa terjadi di lebih banyak lokasi rekreasi air.
Meski demikian, pemerintah Kerala menegaskan situasi ini belum bisa disebut epidemi.
“Diagnosis dini sangat penting. Justru dengan meningkatnya deteksi, lebih banyak kasus kini teridentifikasi sebagai PAM, bukan ensefalitis umum,” kata Veena.
Baca juga: Temuan Kasus Amoeba Pemakan Otak di Sejumlah Negara, Apa yang Dialami Pengidap Sebelum Tewas?
Naegleria fowleriSecara global, PAM termasuk penyakit langka dengan tingkat kematian hampir 97 persen. Di Amerika Serikat, hanya empat dari 167 kasus sejak 1962 yang berhasil selamat.
India sendiri pertama kali mencatat infeksi PAM pada 1971. Dalam kurun 2016–2022 hanya ada delapan kasus, namun jumlahnya melonjak menjadi 36 kasus dengan sembilan kematian pada 2023.
Tahun 2024 menandai tonggak penting: seorang gadis lima tahun meninggal, tetapi seorang remaja 14 tahun dari Kozhikode berhasil bertahan hidup. Ia menjadi pasien pertama di India sekaligus satu dari 11 penyintas di dunia.